Saudara-saudara KU... Kalau bukan kita Siapa lagi, Kalau bukan sekarang kapan lagi. Baca dan renungan dengan *"Hati Nurani"*
Al-Qur'an adalah Kalamollah, yang diturunkan sebagai, *" PETUNJUK, PEMBEDA, PENYEMBU DAN RAHMAT BAGI ORANG BERIMAN"* Lihat : (Q.S AL-Baqarah 2:185 /QS AL-Baqarah 2:2 dan Q.S AL-Fusilat 41:44). Makna yg terkandung dalam bahtera Al-Qur'an dapat dipahami oleh ' *Ulil Al-Baab* baik dari Kalangan Akademik maupun praktisi Saintis, sangat fenomenal, arti-nya teks tidak berdiri tanpa Makna yg tersembunyi, sebagi bukti Mu'zijad Al-Qur'an tak ada tandingan-Nya.
*" GURUN SAHARA "* Sebagai wilayah, dimana diturunkan Al-Qur'an dalam skenario *"SAMAWIYAH",* yg dalam Peradaban Bangsa Arab, umum-nya dipahami adalah Syair belaka dan hanya di Baca dan di Buku-kan Sebagai *"Literasi Ritual"* yg berkaitan dgn Problematika Sosial. ( bc. Turun, berdasarkan peristiwa, Masa Lampau, Masa kini dan akan datang ). Sehingga 'Kaum Gurun Sahara' menganggap Al-Qur'an sebagai *" BACAAN YG BERULANG-Ulang "* sulit untuk di interpretasi dan di Kaji "Fenomena Makna Ayat yg terkandung di dalam-Nya oleh Kaum Gurun Sahara.
Berbeda dengan Al-Qur'an, yg dibawa oleh *Kaum Al-Yamani,* *"PENGSARA"* Eksodus Gurun Sahara, yang oleh "Buya HAMKA" dikatakan, hadir di Nusantara pada Abad ke VII. disaat Kerajaan-kerajaan di Nusantara di penuhi oleh *"Mistisme Kebudayaan"* dan *Fenomena Alam* sebagai penyakit jiwa dalam Peradaban Nusantara. Al-Qur'an Mampu memberikan jawaban dan Solusi, dalam interpretasi Teks (bc. Tafsir Tematik ). Disaat Sang *Raja Sakit* , di saat *wilayah* terjangkit penyakit, di saat, *bencana Alam* melumpuhkan jiwa yang terpenjara. Maka Al-Qur'an hadir sebagai : (Syifa') Penawar Penyakit dan Penyejuk Jiwa yg terpenjara dalam Sukma Ibu Pertiwi.
*"Al-Qur'an"* mulai merambah, memberikan Cahaya ke seluruh penjuru Nusantara, Para Raja-Raja Sriwijaya, Majapahit dan lainnya, SERTA Rakyat jelata, dapat tersenyum dalam balutan Cahaya Qur'ani, yg direfleksikan dalam bentuk *"Akulturasi Budaya dan Agama "* sebagai tonggak awal sejarah Perubahan Peradaban Nusantara. Kawin mawin antar Kerajaan tidak bersimbah darah, seperti hal-nya Kaum Mistisme Budaya. Rakyat Jelata, Mulai memakai Sarung dan tutup kepala, tak bertelanjang dada layak-nya Kaum Segragasi Budaya...
Saudara-saudara KU, Secercah tulisan di atas, sengaja saya ungkapkan sebagai rasa *"Cinta NKRI",* yg belakangan ini, bermunculan Idiologi *Trans-internasional* yg merangsek masuk dalam bilik-bilik Peradaban " *ISLAM NUSANTARA* " Dengan dalih *" Pemurnian Agama "*. Dan Akan menjadi mala-petaka apabila, Para *" Habaib, Kiyai dan KAUM AKADEMIK" Diam 1000 bahasa".* Bung. Ini *Indonesia Raya* bukan *Gurun Sahara* . Identitas jati diri kita bukan Murahan. Kita-lah Bangsa yg akan menjadi Contoh Ummat Akhir Zaman (Sabda Ramalan Nubbuwah ).
( Sahabat *KU* jujur harus kita katakan bahwa Fakta-nya, Bangsa-Bangsa takjub dengan "ISLAM NUSANTARA " yg Ramah dan bersahaja, merangkai Moderasi dalam Peradaban Tasyammuh tanpa *" PIAGAM JAKARTA ".* Itulah makna *" Al-Qur'an Menyala di Bumi Nusantara "*. Jangan hanya *Baca*, pahami Fenomena dibalik Makna dan peristiwa Alam Jagad Raya dalam Cakrawala Indonesia Raya. Oleh. HABIB.IDRUS AL-HAMID, Si Hitam Manis Pelipur Lara Di Timur Nusantara, selalu bersama. Papua, 18/06/2018 )....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar