REKTOR IAIN FATTAHUL MULUK PAPUA
Saudara-saudara KU. Sesungguhnya, mengingat masa lalu itu penting dqlqm meneguhkan jiwa, tetapi mempertahankan tradisi masa lalu membuat setiap Aktor teepenjara dalam Kultur Politik Feodal. Baca semoga bermakna ____________________________________
Disaat kerajaan-kerajaan bersemi di Nusantara, berdiri Kokoh memperluas wilayah kekuasaan, dengan berbagai cara dan upaya, seluruh Potensi Alam di kuasai dan dinikmati oleh keluarga Kerajaan dan Kelompok Bangsawan ( bc. Bangsa yg merasa di Awang). Maka rakyat jelata sesungguh-nya dianggap " BENALU" (bc. Benang Kusut Melulu). Yg dijadikan tumbal utk mengokohkan kekuasaan. Sang.Raja bersama Kaum Bangsawa. Melakukan Safari JPLM (bc. Jangan Pernah Lupa Memilih ) untuk menikmati Hasil Pembangunan tanpa belas kasihan terhadap Rakyat jelata.
Di tahun 1945 s/d 1948 BPUPKI. Dalam rapatnya menyepakati bentuk Negara di Nusantara adalah " Negara Kesatuan Republik Indonesia " yg berdasar pada PANCASILA dan UUD 1945. Dengan sistim politik : Demokrasi Ke-rakyat-an artinya Kedaulatan berada di Tangan Rakyat, yg memberi mandat kepada Presiden sebagai Mandatori Kedaulatan. Jadi Presiden itu Bukan Petugas tetapi Mandatori. Karena Sistem Politik Feodal lah yg menganggap Raja memiliki hak menunjuk Panglima/Perdana Menteri utk melaksanakan tugas dan melaporkan hasil kepada Sang.Raja.
Kultur Politik Feodal sesungguhnya, kita semua Pahami, bahwa Raja-raja memiliki kekuasaan tak terbatas dalam menguasai sistim Tata "Negoro dan Sumber Daya Alam". Raja yg memiliki kekuasaan tak terbatas melakukan Kolaborasi dengan Kaum Bangsawa (bc.Pemilik Modal Aseng) untuk menguasai sumber Kapital yg dimiliki oleh Raja yg kekuasaan-Nya tak terbatas. "Budaya Politik Feodal" selalu melahirkan " Kultus Terhadap individu yg di anggap Raja dan berhak menunjuk siapa sebagai Petuga untuk ke daerah-daerah dalam wilayah kekuasaan-Nya agar mengambil dan menyetor "Upeti". Kondisi demikian memberikan keleluasaan terhadap Pemilik modal (Kaum Bangsawan), melakukan Eksploitasi Sumber Daya Alam sebagai bahagian dari konstribusi kepada Sang. Raja dan Keluarga atau Golongan yg berada dalam Kerajaan (bc.Istana).
Di Nusantara belakangan ini. Masyarakat bersikap Feodalistik terhadap sistem Tata Negara, hal ini mungkin karena Demokrasi berhadapan dengan Latar-belakang Kultur Politik Feodal, sehingga kebanyakan "Negarawan" yg Cerdas dan Berkompetens untuk tampil dan dipilih oleh Pemegang Kedaulatan, sangat sulit tampil untuk merubah Sistim Tata Negara dalam berbentuk "Demokrasi Kerakyatan Berkeadilan". Sebagaimana pada Tahun 1950 MPRS telah menetapkan : PANCASILA, BHINNEKAAN TUNGGAL IKA, NKRI DAN UUD 45. Merupakan Sumber Nilai dalam ber-bangsa dan ber-negara guna menghilangkan Kultur Politik Feodal model Asing dan Aseng.
Dalam perkembangan dewasa ini di Nusantara setelah ORDE BARU dan Muncul-nya ORDE REFORMASI. Sistem tata negara mulai berubah dari sistem Parlementer menjadi Presidensial, yg pada akhirnya menggiring Masyarakat untuk berfikir Feodalistik dalam melihat kekuasaan dan atau Negara.
Kalaulah demi-kian adanya, maka jangan heran kalau "Politik Transaksional" adalah budaya yg tumbuh dalam "Paradikma Masyarakat Komunal" dewasa ini tidak bisa di salahkan. "Budaya Feodal" yg tumbuh dalam masyarakat, akan menyandra setiap "Negarawan yg berpotensi dan Cerdas" tetapi kurang Modal untuk menjadi "Calon Mandatori" Rakyat di seluruh Nusantara, ini di-karenakan yg di hadapi adalah Kaum " SEKUTU SE-GAJAH".(bc.Tafsir sendiri ).
(Saudara-saudara KU. Andaikan Syarat Menjadi "PRESIDEN" di haruskan punya Pengalaman Jadi Menteri atau Rektor pastilah " Dunia terasa indah bagaikan kisah 1001, malam. " dan berubah memjadi, " Gelora Muda Perkasa ".
Andaikan Kaum Feodalistik selalu menyanyikan Lagu "Suci Dalam Debu" Pastilah Dunia ini terasa Indah dan menawan tanpa permusuhan merebut kebahagiaan. Di Nusantara kata seorang Supir Tax Online " Anak Negeri yg Cerdas dan Negarawan" mencari suaka untuk mengukir karya di Negeri Jiran, karena di Negeri sendiri dianggap sulit punya kawan yg mengakui "Karya Gemilang" yg mempesona. Oleh Hb.IDRUS AL-HAMID Si Hitam Manis, belahan jiwa Indoneaia Raya. Papua. Rabu 01/08/2018)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar