Jumat, 27 Juli 2018
" PERBURUAN TAHTA, MENEBAR FITNAH "
Dr.Habib. IDRUS AL-HAMID, M.Si
REKTOR IAIN FATTAHUL MULUK PAPUA
Saudara-Saudara KU. Tahun Politik bagaikan Magnit Sensitivitas Ber-bangsa dan Ber-Negara. jangan sampai melukai dan atau meludahi sesama Anak Bangsa Indonesia Raya. Baca dan berbagi itulah budaya kita..ππΌππΌππΌππΌ
___________________________________
Suatu ketika. Sang Kakek duduk termenung di tepi pantai mamandang, laut yg dianggap tak bertepi, tiba-tiba Sang Cucu menghampiri Kakek sembari merangkul dari belakang, Sang Kakek meneteskan air mata sambil berucap "Dunia Tak Seindah Tempo Dulu Nak". Apa yg salah dengan Zaman Sekarang Kakek tanya Sang Cucu...??? Nak, Zaman telah berubah. Sesama Anak Bangsa di Nusantara, saling mem-fitnah dalam perebutan tahta. ini yg membuat Kakek berderai air mata.
Kakek bercerita..!!! Cucu KU : Dahulu pada tahun 1945 s/d 1990. Seluruh bangsa indonesia bersatu padu membangun dan menguatkan Eksistensi Ke-Indonesiana, tanpa ada sekat Ekonomi, Sosial dan Politik. Pemimpin pada saat itu. Selalu berupaya mengayomi Rakyat Semesta Nusantara.
Di saat MPRS 1950. Seluruh Elite Politik di Senayan "Senada dan Irama" mengusung Sistim Ekonomi Kerakyatan, demi menegaskan Makna Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia bukan Indi-Mie Instan. Komitmen Elite Politik dan Kaum Bangsawan telah bulat untuk " Mencerdaskan Kehidupan Bangsa Indonesia Raya" bukan Bangsa Asing dan Aseng.
Di saat, tahun 1998. Muncul Era "Reformasi Setengah Hati" karena sesungguhnya "Drama Perebutan Tahta" mulai di tabuk-kan. Perkelahian antar sesama "Anak Negeri" terjadi dimana-mana, Ulama, Bangsawan dan Para elite Politik terlibat dalan Sandiwara yg pada akhir-nya Rakyat jelata menderita karena di injak Harga diri-Nya (bc. Deprivasi Relatif Melahirkan Keterasingan Sosial " PRIBUMI" Merana ) sebagai pemegang kedaulatan di Nusantara.
Wahai Cucu KU. yg paling menyakitkan hati lagi. Saat ini aroma permusuhan melahirka sentimen atas dasar SARA (Suku, Agama, Ras dan Antar-golongan ) yg dilakukan secara terbuka di MEDSOS tanpa Tabayyun lalu dipercaya.
Cucu KU, Dahulu kita mencintai NKRI, Selalu merasa memiliki, sehingga hidup bersama selalu rukun dan bersahaja tanpa mencela satu dengan yg lainnya. Namun hari ini kita saksikan Ulama/Ustad, ditolak dimana-mana karena di anggap Anti PANCASILA dan atau NKRI. padahal mereka tidak menjual Aset Negara atau Berhutang menusuk jiwa. Ingat Nusantara adalah Negeri Para Syuhada.
( Saudara-saudara KU. Goresan tulisan yg saya kemukakan di atas, adalah bahagian dari "Refleksi Fenomena" Gelisa-nya Kaum Komunal yg tersingkir dalam kubangan Rumah-Nya sendiri. "Deprivasi Relatif" adalah kondisi dimana " Pribumi" tidak lagi menjadi tuan di negeri sendiri. mereka ibarat Pekerja buruh Migran di kota-kota Metroplotan yg bekerja siang dan malam demi kelangsungan hidup Sanak saudara yg menanti di desa-desa Komunal dengan se-juta harapan dan impian. Mari kita mulai berbuat yg terbaik untuk Indonesia Raya, dengan tidak saling menyalahkan satu dengan lainnya. Oleh. Hb.IDRUS AL-HAMID. Si Hitam ManisPelipur Laradi Timur Nusantara. Papua. Sabtu 28/07/2018)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
" MUNGKINKAH INI POLITIK DOMINO JEBAKAN BATMAN, ALA RATNA SARUMPET "
Dr. HABIB IDRUS AL-HAMID. M. Si Rektor IAIN FATTAHUL MULUK PAPUA _____________________ Saudara-saudara KU. Terkadang kita harus berhen...
-
Dr. HABIB IDRUS AL-HAMID. M. Si Rektor IAIN FATTAHUL MULUK PAPUA Saudara-saudara KU. Terkadang kita baru memahami bahwa, hidup itu h...
-
Dr. Hb. IDRUS AL-HAMID,M.Si Rektor IAIN FATTAHUL MULUK PAPUA Saudara-saudara KU. Semoga tulisan berikut ini, dapat merangsang cakra...
-
Dr. Hb. IDRUS AL-HAMID REKTOR IAIN FATTAHUL MULUK PAPUA Risalah kecil ini adalah usaha seorang insan kerdil untu...
suatu ketika di negara eropa terjadi dialog antara seorang kakek dengan cucunya. si kakek mengatakan " cu dulu disini banyak orang islam" terus si cucu menjawab "kapan itu kek?" sang kakek menjawab " duluuu" kemudian sang kakek mengatakan lagi " cu dulu disini banyak banyak masjid besar" sang cucu menjawab" kapan itu kek" sang kakek menjawab " duluuuu". pada dasarnya dialog singkat tersebut ingin berpesan bahwa ketika islam pernah berjaya di andalusia dan kemudian runtuh akan menjadi perbincangan generasi-generasi jauh yang akan datang. Menurut Himaya penyebab runtuhnya islam diandalusia ada beberapa faktor, faktor Pertama, perpecahan umat Islam pada saat itu. Kedua, cinta dunia dan takut mati kaum muslimin khususnya anggota keluarga kerajaan Islam Andalusia. Ketiga, memudar atau hilangnya peran ulama pada saat itu. pertanyaannya, apakah indonesia saat ini sampai pada titik itu? titik dimana umat islam mengalami perpecahan, lebih banyak mengejar duniawinya dari pada mementingkan akhiratnya, ulama tidak lagi dipandang seseorang yang sakral.
BalasHapusMungkin diskusi ini akan menarik kalau kita kutip teori dari taylor dan fretzer "progesivitas kebudayaan dimana budaya berkembang sangat cepat dan lengkap dengan permasalahan-permasalahan yang dibawanya".(maaf kalau agama saya hubungkan dengan budaya) Menurut hemat saya bahwa sebuah budaya akan terus berkembang dan bahkan berubah seiring dengan berjalannya peradaban umat manusia. dan tentunya dengan problema-problema baru yang dilahirkan dari perilaku dan pemikiran manusia selaku pelaku peradaban.
Dalam konteks "PERBURUAN TAHTA, MENEBAR FITNAH" progresivitas...(bersambung)