Senin, 30 Juli 2018

" POLITIK TEBAR PESONA MENGHANCURKAN MASA DEPAN INDONESIA RAYA "



Dr. Hb. IDRUS AL-HAMID .M. Si
REKTOR IAIN FATTAHUL MULUK PAPUA


Saudara-saudara KU. "Prasangka" adalah Makhluk yg menggerogoti setiap "Negara", yg ingin "berkembang dan maju". Karena itu jauhilah "Prasangka" karena kita Satu Nusa, Satu Bangsa dan Satu Bahasa Indoneaia Raya. Baca dan resapi makna siapa tahu berarti untuk di-renungi..
___________________________________________

Setiap orang mempunyai kebutuhan untuk diperhatikan, dihargai, dipandang penting, dikagumi dan dipuji. Selanjutnya, setiap orang dengan caranya sendiri berusaha mendapatkan perhatian, penghargaan dan pujian serta melakukan hal-hal yang membuat diri menjadi penting dan pantas dikagumi. Apabila dalam usaha mendapatkan semua ini, seseorang sudah tidak dapat lagi melihat batas kewajaran, ada kemungkinan dia sudah terjerat oleh mental suka tebar pesona.

Belakangan ini, di Media Sosial dan Elektronik (TV dan Radio), "Headline News" menyajikan Informasi seputar Pendaftara Calon Legislatif, dan Calon Presiden serta  wkl.Presiden. Para Politisi dan Agamawan dengan berbagai cara melalui Media, berupaya meyakinkan Publik bahwa mereka laah yg terbaik. Tokoh yg tampil umum-nya sangat dikenal dengan retorika yg terkesan akan berikan yg terbaik untuk Bangsa dan Negara. Pagelaran yg sesungguh-nya menyedihkan, karena Rakyat Jelata tidak tertarik dengan "Tahta", mereka menagih implementasi Kalimat " Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indnesia" sebagai sebuah karya Nyata bukan "Karya Cerita".

Pada realitas saat ini khusus-nya, layanan Publik oleh ASN, sedang berada dalam " Kegalauan Identitas" yg  Sesungguh-nya sedang terjadi  Polemik Pejabat Politik dan Pejabat Karier adalah bahagian dari konstribusi UU Nomor. 5 Tahun 2014.  Yg di-dalam-nya terdapat Problem Penafsiaran TUPOKSI KASN ( Komisi Aparatur Sipil Negara ). yg terkesan membatasi kewenangan Pejabat Publik untuk memilih yg terbaik Calon Jabatan Pimpinan Tinggi yg berwawasan Kebangsaan dan Keaganaan yg utuh.

Kalau-lah kita harus jujur, bahwa sesungguh-nya pola "Adopsi Sistim Meritokrasi" Layanan Publik ala Eropa, yg hanya mengutamakan  Kecerdasan Akademik tanpa mempertimbangkan Kecerdasan Non-akademik (bc. Moralitas Ber-bangsa dan Ber-negara sebagai harapan leluhur di Nusantara ). Pasti akan melahirkan pekerja Pasip, layaknya Mesin yg bekerja tanpa memahami Kultur disekeliling Mereka.

Apakah suasana kekinian sebagaimana tersebut di atas adalah, bahagian dari " Pagelaran Tebar Pesona " dalam merajut kepentingan Kelompok atau perorabgan tertentu. Ataukah Masa Depan Bangsa dan Negara ini sedang dipertaruhkan. Apa Mungkin terjadi "Kegatalan improfisasi" setiap individu dalam Pagelaran "Tebar Pesona" tanpa merasa bahwa " Anak Pribumi " memginginkan perubahan yg merata, dari "Sabang" hingga "Merauke" atau dari "Malaka" hingga "Maluku" di Negeri yg kita Cintai ini.

" _Sesungguh-nya Tulisan  sebagaimana tersebut dibatas, merupakan Kegelisaan Akademik Saya, dalam memahami Fenomena yg  terjadi pada Media Sosial maupun Elekteonik dewasa ini..._ "

( Saudara-saudara KU. Kalau setiap kita Percaya bahwa Aktor Politik, Agamawan dan  Kaum Bangsawan yg "Orisinil Indonesia Raya" sangat Cinta NKRI. Maka seharus-nya kita berikan dukungan, agar mereka mampu melahirkan Karya Nyata Sejuta Makna yg mempesona di Nusantara. Jangan Pernah berkonstribusi menyebar berita " Hoax". Karena sesungguh-nya " Fitna itu lebih kejam dari Pembunuhan". Yg terbaik adalah Klarifikasi ( Tabayyun) itulah kultur budaya Bangsa Indoneaia Raya. Oleh Habib.IDRUS AL-HAMID. Si Hitam Manis Pelipur Lara. Papua Selasa. 31/07/2018 )

Jumat, 27 Juli 2018

" PERBURUAN TAHTA, MENEBAR FITNAH "




Dr.Habib. IDRUS AL-HAMID, M.Si 
REKTOR IAIN FATTAHUL MULUK PAPUA

Saudara-Saudara KU.  Tahun Politik bagaikan Magnit Sensitivitas Ber-bangsa dan Ber-Negara. jangan sampai melukai dan atau meludahi sesama Anak Bangsa Indonesia Raya. Baca dan berbagi itulah budaya kita..🙏🏼🙏🏼🙏🏼🙏🏼
___________________________________

Suatu ketika. Sang Kakek duduk termenung di tepi pantai mamandang, laut yg dianggap tak bertepi, tiba-tiba Sang Cucu menghampiri Kakek sembari merangkul dari belakang, Sang Kakek meneteskan air mata sambil berucap "Dunia Tak Seindah Tempo Dulu Nak".  Apa yg salah dengan Zaman Sekarang Kakek tanya Sang Cucu...??? Nak, Zaman telah berubah. Sesama Anak Bangsa di Nusantara,  saling mem-fitnah dalam perebutan tahta. ini yg membuat Kakek berderai air mata.

Kakek bercerita..!!! Cucu KU : Dahulu pada tahun 1945 s/d 1990.  Seluruh bangsa indonesia bersatu padu membangun dan menguatkan Eksistensi Ke-Indonesiana, tanpa ada sekat Ekonomi, Sosial dan Politik. Pemimpin pada saat itu. Selalu berupaya mengayomi Rakyat Semesta Nusantara.

Di saat MPRS 1950. Seluruh Elite Politik di Senayan "Senada dan Irama"  mengusung Sistim Ekonomi Kerakyatan,  demi menegaskan Makna Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia bukan Indi-Mie Instan. Komitmen Elite Politik dan Kaum Bangsawan telah bulat untuk " Mencerdaskan Kehidupan Bangsa Indonesia Raya" bukan Bangsa Asing dan Aseng.

Di saat, tahun 1998. Muncul Era "Reformasi Setengah Hati" karena sesungguhnya "Drama Perebutan Tahta" mulai di tabuk-kan. Perkelahian antar sesama "Anak Negeri" terjadi dimana-mana, Ulama, Bangsawan  dan Para elite Politik terlibat dalan Sandiwara yg pada akhir-nya Rakyat jelata menderita karena di injak Harga diri-Nya (bc. Deprivasi Relatif Melahirkan Keterasingan Sosial " PRIBUMI" Merana ) sebagai pemegang kedaulatan di Nusantara.

Wahai Cucu KU. yg paling menyakitkan hati lagi. Saat ini aroma permusuhan melahirka sentimen atas dasar SARA (Suku, Agama, Ras dan Antar-golongan )   yg dilakukan secara terbuka di MEDSOS tanpa Tabayyun lalu dipercaya.

Cucu KU, Dahulu kita mencintai NKRI, Selalu merasa memiliki, sehingga hidup bersama selalu rukun dan bersahaja tanpa mencela satu dengan yg lainnya. Namun hari ini kita saksikan Ulama/Ustad, ditolak dimana-mana karena di anggap Anti PANCASILA dan atau NKRI. padahal mereka tidak menjual Aset Negara atau Berhutang menusuk jiwa. Ingat Nusantara adalah Negeri Para Syuhada.

( Saudara-saudara KU. Goresan tulisan yg saya kemukakan di atas, adalah bahagian dari "Refleksi Fenomena" Gelisa-nya Kaum Komunal yg tersingkir dalam kubangan Rumah-Nya sendiri. "Deprivasi Relatif" adalah kondisi dimana " Pribumi" tidak lagi menjadi tuan di negeri sendiri. mereka ibarat Pekerja buruh Migran di kota-kota Metroplotan yg bekerja siang dan malam demi kelangsungan hidup Sanak saudara yg menanti di desa-desa Komunal dengan se-juta harapan dan impian. Mari kita mulai berbuat yg terbaik untuk Indonesia Raya, dengan tidak saling menyalahkan satu dengan lainnya. Oleh. Hb.IDRUS AL-HAMID. Si Hitam ManisPelipur Laradi Timur Nusantara. Papua. Sabtu 28/07/2018)

KITA BER-INDONESIA, KITA BER-AGAMA ESENSI-NYA "MENGAJI" ADALAH MENGASAH JATI DIRI INDONESIA



Dr.Hb. IDRUS AL-HAMID 
REKTOR IAIN FATTAHUL MULUK PAPUA

Saudara-saudara KU. Di saat, Menghadiri acara INDONESIA MENGAJI, (Mengasah Jati Diri) yg dilaksanakan di Kampus IAIN Tulungagung yg Humanis dan Dinamis. Suasana mulai terasa berbeda, layak-nya "Nusantara" dalam balutan "Budaya dan Agama" yg mana Kaum Akademik terpenjara dalam lamuna "Literasi Orisinil Nusantara" memberikan sugesti bahwa : Agama menyumbang harapan se-juta rasa menusuk "Raga Dalam Sukma"
__________________________________

Esensi Ber-agama, sesungguh-nya adalah :  Setiap Orang akan terselamatkan dari sifat "Buruk Manusia" yg berakibat pada hangcur-nya  Ekosistem Kehidupan dalam Alam Jagad Raya. ( bc. Telah terjadi kerusaka atas ulah tangan Manusia tak bertepi : Sabda Illahirobbiy)

Esensi Ber-indonesia sesungguh-nya adalah : Menjadikan Kearifan untuk menangani realitas yang dihadapi, bahwa sesubgguh-nya Masyarakat Indonesia itu hakikat-nya adalah kemajemukan. Maka kita harus pandai memahami keragaman dalam cara manusia saling bersinergi,  bukan saling menafikan,” dalam Ashobiyah (bc. Menteri Agama Menyampaikan kesimpulan saat menjadi Host dalam Acara "MENGAJI INDONESIA" di Kampus IAIN Tulungagung yg dihadiri puluhan ribu Sivitas Akademik dan Masyarakat ).

Di saat Para Pejuang Memerdekakan Indoneaia dengan keyakinan " CINTAHBTANAH AIR BAHAGIAN DARI IMAM".  Di saat Pendiri NKRI,  menjadikan Tokoh-tokoh Agama sebagai Sumber inspiraai, dalam merajud dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan Di saat Simbol-simbol Agama membahana di persada Nusantara (bc. Adanya Perayaan Hari Besar Keagamaan secara bersama, tanpa ada sekat Suku dna adat Istiadat ).

"Bhinneka Tunggal Ika" terasa bagaikan kesatuan Jiwa dan Raga yg kokoh dalam menghadapai kontestaai pertarungan zaman. Tokoh Agama saat ini seharus-nya belajar dari para pendahulu yg ada di Nusantara. Mereka tidak  mempertentangkan  masalah-masalah Furu'iyah dalam agama. Masalah Fiqhiyah diselesaikan  dengan cara menghargai dan menghormati pendapat yg dianggap berbeda.

( Saudara2 KU. Saatnya kita, mulai menggali sumber-sumber perekat kehidupan Ber-bangsa dan Ber-negara. Kita terlahir dalam ayunan dan Nayian " Tanah Air KU" Karya : Ibu Suud " Tanah KU, yang Ku-cintai Ebgkau Ku Hargaiii". bung : Kalau bukan Kita siapa lagi dan Kalau bukan sekarang Kapan lagi.. Oleh. Hb. IDRUS AL-HAMID, SiHitam Manis Pelipur Lara di Timur Nusantara.Tulungagung, 27/07/2018)

Sabtu, 21 Juli 2018

" HAJI DAN BAYANG-BAYANG MITOLOGI PRIMITIF MODERN"



Dr.Hb. IDRUS AL-HAMID 
REKTOR IAIN FATTAHUL MULUK PAPUA


Saudara-saudara KU. Primitif Modern adalah istilah, yg dilekatkan pada *Komunitas Tradisional,* yg saat ini masih percaya *Hukum Kausalitas* , tanpa Literasi yang dapat di uji Kebenarannya. Baca dan hayati Makna untuk berbagi.
__________________________________

Masyarakat, umumnya, memandang Ibadah Haji adalah Puncak Ma'rifatollah. yg dirasakan saat di A'rafah. Allah akan menampakkan kekuasaan-nya kepada setiap insan yg berkelakuan Baik maupun Buruk.

Masyarakat terkadang meyakini bahwa akan ada balasan terhadap perlakuan Baik maupun Buruk saat melaksanakan Ibadah Haji. Sehingga saat memyiapkan diri untuk melaksanakan ibadah Haji,  sejumlah "Ritual" tolak Bala' selalu dilakukan dengan harapan saat berhaji nanti terhindar dari kejadian yg memalu dan memilukan.

Dalam satu Riwayat
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Allah Ta’ala berfirman: _Aku sesuai persangkaan hamba-Ku. Aku bersamanya ketika ia mengingat-Ku. Jika ia mengingat-Ku saat bersendirian, Aku akan mengingatnya dalam diri-Ku. Jika ia mengingat-Ku di suatu kumpulan, Aku akan mengingatnya di kumpulan yang lebih baik daripada pada itu (kumpulan malaikat)_ .” 
(Muttafaqun ‘alaih -HR. Bukhari ).

Hadits sebagaimana tersebut di atas, memberikan Penegasan bahwa sesungguhnya *Baik* dan *Buruk* seorang hamba tergantung prasangka-nya terhadap Allah. Dalam *teori Genetik* , setiap getaran Jiwa menghantar *gelombang resonasi* yg menampilkan "Frekwensi" kebaikan atau keburukan dalam perilaku.

Disaat Setiap orang melaksanakan Ibadah Haji, maka pada saat yg sama, harus diyakini bahwa Sesungguh-nya " Allah hanya memanggil Orang-orang yg berkeinginan untuk menjadi manusia yg sempurna ( "insanul Kamil" ). Perhatikan Makna dibalik kalimat Talbiyah :

 _"Labaik Allahumma Labaaik, labaaik Laa Syarika Laka Labaaik Inal Hamda Wan Ni’mata Laka Wal Mulka La Syarikalah…"_

Talbiyah. Memghantarkan jiwa yg hampa, menegaskan satu tujuan yakni, memenuhi Panggilan "Illahi Robbiy", yg hanya dapat dirasakan oleh Insan yg tidak Syirik, dan selalu mensyukuri Nikmat yg Allah berikan dalam Bahtera Kerajaan "NYA " dibumi hingga akhir hayat nanti.

Saudara-saudaraKU Jama'ah Haji Se-bangsa se-tanah air.. Jangan pernah mengatakan Kamu orang jahat, karena Allah tdk mungkin memanggil kamu atas kejahatan MU. Jangan Menyangka Allah Akan membalas perbuatan MU saat ibadah Haji, karena " Kasih sayang Allah melebihi Murka-NYA". maka dari itu perbaiki Prasangka Kalian terhadap " Kebesaran "Illahi Robiy" karena Engkau dihargai, oleh karena "Niat" dalam ketulusan MU memenuhi panggilan "Illahi Robiy".

( Saudara-Saudara KU. Haji adalah sebaik-baik-nya Perniagaan Hamba dengan "Illahi Robiy" dalam menguntai kalimat Zikir dalam ubudiyah yg memiliki kelipatan Nilai 1000 hingga 100.000 yg Allah janjikan. Jangan pernah sia-siakan kesempatan.
___Untuk itu, jaga kesehatan, karna di-ketahui bahwa, di dalam Tubuh yg sehat terdapat jiwa yg (Kamil) sempurna dalam Ibadah. Haji bukan pusat pengaduan melainkan Pujian dan ratapan jiwa hampa yg tak berdaya. Semoga tulisan ini dapat merefleksikan Hilangnya Bayang- bayang "MITOLOGI PRIMITIF MODERN" dalam sahwa sangka kepada " illahivRobiy " Oleh. Habib.IDRUS AL-HAMID. Si Hitam Manis Pelipur Laradi Timur Nusantara. Papua. Minggu.22/07/2018)..🇮🇩🇮🇩🇮🇩🇮🇩🇮🇩🙏🏼🙏🏼🙏🏼🙏🏼🙏🏼

" PUNGGUNG MENTERI AGAMA RI DI PERSEMBAHKAN UNTUK "KESOLEHAN" IBADAH HAJI UMMAT ISLAM SE-ANTERO PERSADA NUSANTARA"



Dr. Habib. IDRUS AL-HAMID.
REKTOR IAIN FATTAHUL MULUK PAPUA
______
Saudara-saudara KU, Setiap Kamu adalah Pemimpin dan Setiap pemimpin akan diminta pertanggung jawaban..
_________________________

Ada Cerita yg menarik pada "Awal Peradaban Islam". Terdapat Sosok yg kala itu, Selain memiliki perasaan yang "Halus, dan Peka terhadap persoalan ummat, adalah sahabat Rasulollah Muhammad ibn Abdillah Sww yaitu : Sayydina Umar bin Khattab, beliau dikenal dengan sikap yang tegas terhadap segala sesuatu yang batil. Apalagi hal itu menyangkut martabat warga-nya yang tersakiti oleh orang lain.

Sayyidina Umar Bin Khatab, Selalu memastikan ketersediaan Logistik dan sarana Pendukung untuk menjamu Tamu Allah, itu perbuatan Mulia adanya.

 *Rasulollah Ber-kata :*
" Orang yang berhaji serta berumrah adalah tamu-tamu Allah. Allah memanggil mereka, mereka pun memenuhi panggilan. Oleh karena itu, jika mereka meminta kepada Allah, Pasti Allah akan memberi"..

Haji merupakan Kegiatan Ritual yg berdampak, *Stratifikasi Sosial.* Masyarakat khusus-nya di Nusantara menjadikan Ibadah Haji sebagai sarana untuk Menghampiri wilayah yg di katakan oleh Rasulollah memiliki dampak ubudiyah, terhadap setiap Jama'ah yg menungjungi-Nya.

Kota Madinah Dan Makkah :

Dalam Sabda Rasul :

" Shalat di masjidku (Masjid Nabawi) lebih baik dari *1000* shalat di masjid lainnya selain Masjidil Harom.” (HR. Bukhari no. 1190 dan Muslim no. 1394, dari Abu Hurairah)

Shalat di Masjidil Harom lebih utama daripada *100.000* shalat di masjid lainnya.” (HR. Ahmad dan Ibnu Majah )

Hadist tersebut di atas memberikan *Sugesti psikologis* terhadap setiap insan di Bumi Persada Nusantara sangat kuat. Meskipun tidak sedikit juga yg jadikan Ibadah Haji bahagian dari *Reposisi Sosial.* Sebagai Contoh. Kopiah Putih memiliki dampak sosial dalam Budaya Masyarakat pada Desa-Desa Komunal. Orang yg telah melaksanakan Ibadah Haji memiliki Penyebutan "Pa.Haji" dan    apabila ada kegiatan ritual, pasti diberikan posisi yg istimewah. Ini Fakta bukan Cerita Mitos.

Sepintas tulisan di atas, memberi sugesti dalam sanubari setiap Insan Akademik, serta Kaum Bangsawan, dan jujur harus kita katakan Bahwa : " Amirul Hajj " yg di Pundak-Nya, tertoreh Se-juta Harapan Ummat Islam di Nusantara adalah " *MENTERI AGAMA KH.Lukman Hakim Saifuddin*, "ORISINIL INDONESIA RAYA" Yg dipercaya mampu wujudkan " Senyum-nya Jama'ah Haji dan Umrah"  Kaum dari desa-desa Komunal yg Do'a-Nya insya Allah di Ijabah oleh Allah.

Barang siapa diantara kita yg setiap langkah kaki-Nya, di niatkan untuk mengurusi kemaslahatan Ummat,  maka " Allah " Pasti berikan kelipatan pahala sebanyak yg di urusi oleh-Nya. Coba di Bayangin, kalau setiap Jama'ah Haji berkonstribusi pahala seperti Nilai Sholat di Madinah dan Makkah kepada  *Amirul Hajj* saya sangat meyaking Surga Firdaus pasti tempat-Nya.

( Hanya mereka yg dipilih oleh Allah, untuk mengurusi Tamu Allah, " Bayangin Juta-an Jama'ah bermunajat dalam hamparan " Makrokosmos 'itiqaf di "Padang Arafah" yg setiap do'a Insya-Allah di 'ijabah" Yaaa Allah Lindungi dan Muliakan Bapak. Menteri Agama Kami, *KH.Lukman Hakim Saifuddin* dimanapun beliau berada... Oleh.
Habib.IDRUS AL HAMID Si Hitam Manis Pelipur Lara di Timur Nusantara. 23/07/2018)...👏🏼👏🏼👏🏼👏🏼👏🏼✌🏼✌🏼✌🏼✌🏼✌🏼👍🏼👍🏼👍🏼👍🏼

Kamis, 19 Juli 2018

" TOKOH AGAMA SEBAGAI SACRED CANOPY DALAM BUDAYA PEMADAM KEBAKARAN "




Dr. Hb. IDRUS AL-HAMID 
REKTOR IAIN FATTAHUL MULUK PAPUA

Saudara-saudara KU, Tatkaka Agama berada dalam simbol-simbol dinamika sosial, maka ketegangan harusnya mempu di elimenir dalam sangkaan. Baca untuk saling berbagi Pengetahuan.
_________________________________

Agama merupakan realitas sosial yang di konstruksikan mampu memberikan Kenyamanan dalam kehidupan Sosial oleh manusia. Dalam proses konstruksi realitas tersebut, manusia melalui tindakan dan interaksi-nya secara terus-menerus dapat menciptakan realitas milik bersama secara faktual dan penuh makna secara Subyektif atau objektif (Berger : Dlm Buku The Sacred Canopy ).

Dalam realitas sosial, manusia sesungguh-nya saling membutuhkan satu dengan lainnya, hal ini dikarenakan Manusia sering berada pada seleksi Kosmos Alamiyah, dalam pertarung guna mempertahankan  kelangsungan hidup-nya. Dalam realitas tersebut di atas pasti disadari akan memiliki potensi Konflik yg diakibatkan adanya gesekan kepentingan restrukturisasi dalam sekmentasi Sosial.

Agama Sebagai realitas sosial baru, berupaya merekonstruksi dinamika Sosial sebagai bahagian dari " Sacrad Canopy" dalam bentuk Akulturasi Agama dan Budaya, yg pada kenyataan-nya melahirkan "Rekonstruksi Peradaban" melalui kegiatan-kegiatan bersama seperti halnya, Perayaan " Halal bil Halal, serta Perayaan lainnya (bc Do'a bersama, Maulidan, Tahlilan, Syukuran dan kegiatan PHBI ).

Tokoh agama, sebagai Sosok yg di yakini dan dipercaya mampu menghilangkan suasana "  *Kecemasan dan atau Ketegangan Sosial "* seharusnya, berupaya memberikan solusi, bukan seperti halnya "Pemadam Kebakaran" yg akan bertindak apabila telah terjadi kebakaran.  Untuk itu "Tokoh Agama" adalah Sosok  yg mampu mendeteksi dini gejala " Kecemasan dan Potensi Kekerasa Sosial"  yg terjadi di Masyarakat sebagai akibat dari pertarungan Ekonomi dan politik, sehingga "Aktor" yg berupaya memeta konflik Sosial dapat di redam oleh Tokoh Agama dalam masyarakat majemuk dewasa ini.

Saat ini, di Zaman NOW. Reposisi Sosial membuat sebahagian "Tokoh Agama" ikut serta dalam Pertarungan  perebutan sumber-sumber Ekonomi dan Pertarungan dalam Politik Praktis, yg pada akhirnya membuat "Tokoh Agama" kehilangan Wibawah dan kepercayaan dari Masyarakat. Inilah akibat dari Rekonstruksi Ketegangan Sosial setengah hati artinya, tokoh agama Sebagai "Sacred Canopy" tidak hanya berfungsi seperti halnya Pemadam Kebakaran. Namun mampu merajut dan mengembangkan pola interaksi yg dapat memberikan hubungan timbal balik dalam dialektika simbolis masyarakat Majemuk atau Pluralis.

Menjadi Tokoh Agama adalah sebuah proses Alamiyah, yg timbul dari pengakuan masyarakat bahwa agama mampu dan dapat merekonstruksi Peradaban "Jahiliyah menjadi Peradaban "MADANIYAH" dalam Konsensus Sosial yg disepakati bersama sebagai  elemen "Sacred Canopy" yg memposisikan "Tokoh Agama" sebagai sentral Perubahan Peradaban HUMANIS, yg saling menghargai dan menghormati satu dengan lainnya dalam Bingkai " Satu Nusa, Satu Bangsa dan Satu Bahasa Indoneaia" yg harmonis sebagai Contoh peradaban Modern saat ini.

( Saudara-Saudara KU, Agama sumber tata nilai ilahi yg bersifat Absolusitas. OLEH.HB.IDRUS AL-HAMID Si Hitam Manis Pelipur Lara di Timur Nusantara. Papua. 20/07/2018)..

Rabu, 18 Juli 2018

MELAWAN RADIKALISME SIMBOLIK DENGAN HIDDEN POWER " ISLAM WASYATHIYAH "



Dr. Hb.  IDRUS AL-HAMID, S.Ag.M.Si
REKTOR IAIN FATTAHUL MULUK PAPUA

Saudara-Saudara KU.  Sering kita dengar " Islam rahmatan lil 'alamiin " yg dipahami mampu menghadirkan Wajah Islam yg Ramah dan bersahaja. Namun kenapa ada segolongan Ummat yg melahirkan "Gagasan Radikal" dengan simbol Agama yg memberikan kesan melegitimasi Kekerasan... Baca dan berbagi..
___________________________________

Pada suatu ketika,  Aku ketemu dengan Kiyai Fauzhan dan Habib Salim.  Disaat itu mereka sedang asyik bercerita  tentang Masa Kecil tempo dulu, selintas AKU dengar dari percakapan mereka,  bahwa Zaman dahulu, di Desa-Desa Naturalis feodal, yg terbentang seantero Nusantata, masyarakat selalu "Sensitivitas Isu", terhadap Orang baru yg datang dari luar, hingga mereka selalu memgajukan berbagai pertanyaan dan mencari tahu Siapa orang baru tersebut. Lain hal-nya saat ini, masyarakat tidak peduli terhadap dinamika yg terjadi disekeliling-Nya karena disibukkan dengan mengumpul "pundi-pundi Dinar" masa depan yg belum-tentu abadi.

Pada saat bersamaan, perlawanan yg dilakukan oleh Masyarakat Naturalis feodal, guna menjaga Soliditas sesama, sangat  terasa adanya, sehingga dapat dipahami bahwa perjumpaan antara Agama dengan Budaya di "NUSANTARA" pada Abad ke VII ( Baca Buku. Sejarah Karya Prof.HAMKA.) melahirkan "Romantisme Akulturasi" dalam Pelataran Peradaban Masyarakat "Naturalis Feodal". Hal ini dapat dipahami, Agama hadir ditengah "Kampung-Kampung Natural" tidak merubah Struktur Sosial,  malahan jadi imunisasi kekebalan terhadap Ganas-nya Alam dan ganasnya Kaum "gladiator Primitiv", yg selalu memangsa setiap Insan yg berbeda haluan, yg pada akibat-nya terjadi " Persekuai" dimana-mana dilakukan oleh Aktor gladiator Primitif saat berkuasa.

Pada, Abad Ke VII (tuju) . Hadir-Nya "Sang Pengembara Religius" (bc. Kaum Hadromiy) ditengah Masyarakat "naturalis Feodal " mampu melahirkan aktor Pribuni sebagai tokoh pembaharuan dalam Masyarakat Naturalis Feodal, yg pada awal-nya  dilkaukan secara sembunyi-sembunyi, dengan cara menebar Isu dalam setiap peristiwa (bc.  Hidden Isue_ yg saya maksudkan disini adalah : Ritual Primitiv diganti dengan Ritual Metafisika Agama ). Hal ini membuat Kaum "gladiator Primitiv" terpojok dan melarikan diri kehutan belantara dengan mempertahan peradaban Ekslusif Ala "Khawariyuun".

Untuk dipahami, dalam tulisan ini "Kelompok  Radikalisme Simbolik " adalah mereka yg memahami Agama, secara Tekstual, menolak pemahaman Kontekstual. Ini sebagai akibat dari reproduksi Kebudayaan Manusia yg selalu berkembang namun ditolak oleh mereka.

Kaum "Radikal Simbolik" dalam memahami Artikulasi simbolik, layak-nya seperti kaum Khawarij generasi pertama. Slogan menjaga Atau Mengembalikan kemurnian ajaran Agama dari belenggu Kaum Thogut (sesat), merupakan "Hidden siyasat" untuk merubah pola pikir Kaun Naturalis Feodal (Abangan). Sesungguh-nya ini adalah Fakta terkini yg  sedang menyelimuti " Madrasah, Ponpes, tempat Ibadah, hingga Perguruan Tinggi, dengan metode " Hidden Sosial Cherr, dan Hidden MoU serta Hidden Beasiswa.

Sudah seharusnya, setiap kita menyadari bahwa. Setiap Fwnomena pasti terdapat Aktor "Global" yg sedang memainkan Peran "Persekusi" dengan methode " RADIKALIS SIMBOLIK " Arti-nya Kelompok atau Individu mereka rangkul dan latih hingga radikal untuk melaksanakan Misi terselubung, "Kaum Kapital atau Kaum gladiator Primitiv Modern ". Kelompok Radikal  tersebut mungkin didanai dan menggunakan Simbol Reproduksi Nilai Budaya da Agama seoerti ( bc. Ciri2 Kelompok Radikalisme adalah Menggunakan Jubah,  Memelihara Jenggot,  Make Cadar, selalu Ekspansif berkelompok dan militan). Itu diantara Cara kelompok Kapitalis atau gladiator Primitiv modern, melancarkan Pencitraan buruk terhadap Kaum Agamawan yg pada akhirnya, Publik melabelisasi " Setiap Muslim yg Berjenggot,  Ber-Hijab, Menggunakan Jubah, surban dll sebagai Kaum RADIKAL". yg pada akhirnya melahirkan "ISLAMOPHOBIYA".

(Saudara KU,  Saatnya kita lahirkan Kekuatan Tersembunyi ( Hidden Power)  yg dimiliki oleh Kelompok " ISLAM WASYATTIYAH" Sepertihal-nya : Melakukan Pembibitan Mubaligh dan Mubaligha untuk selanjutnya dijadikan sebagai sosok Perisai kesatuan Bangsa yg berada di Masjid, Musholah, dan Surau serta Majelis ta'lim lain-nya. Aturan atau Peraturan dibuat dengan prinsip-prinsip " KEDAMAIAN " adalah Hak setiap wargan Negara "INDONESIA RAYA" yg harus di jaga dan dikawal hingga "Akhir Hayat".... Oleh.  Habib. IDRUS AL-HAMID. Si Hitam manis pelipur lara di timur Nusantara. Kamis, 19/07/2018 )...🇮🇩🇮🇩🇮🇩🇮🇩🇮🇩✌🏼✌🏼✌🏼✌🏼✌🏼✌🏼👏🏼👏🏼👏🏼👏🏼

Senin, 16 Juli 2018

JANJI POLITIK DOSA-NYA, SEBESAR BILANGAN PEMBAGI PEMILIH"




Dr.Hb. IDRUS AL-HAMID, M.Si
REKTOR IAIN FATTAHUL MULUK PAPUA

Saudara-saudara KU, Hidup seharus-nya pandai berbagi, Hidup semesti-nya pandai menjaga hati.. Baca dan resapi makna...
____________________________________

Pa. Marjan, adalah Camat kampung Harapa, saat mengumpul Maayarakat-nya, dan mengatakan. Saudara-Saudara KU,  kita harus bersyukur, insya Allah di tahun ini "Pa.Sugeng Ilalang", Anak yg lahir dan besar di Kampung *Pir  V, Kecamatan Harapan* akan Merealisasikan Janji Kampanye saat PILEK tempo dulu.

Kebetulan Kecamatan harapan memiliki jumlah Penduduk sebanyak 4.785 Pemilih,  dari 7 Desa, sehingga Mas.Ilalang mengantongi suarah dengan Cukup tampil selaku Anak Daerah dan menebar Janji Politik tak bertepi.

Setelah dilantik menjadi Anggota DPRD Provinsi. Gunung Salak. Pa. Sugeng Ilalang kena Penyakit hilang Ingatan, akan Janji saat kampa-nya dan selaku Anggota DPRD, Mas.Ilalang sangat berubah, dari Penampilan-nya, dan Cara bicara-nya hingga memilih siapa yg pantas dan tdk pantas jadi relasi dalam kehidupan keseharian.

Suatu ketika, Pa.Marjan bersama 7 kepala Desa berinisiatif untuk menemui Pa.Sugeng Ilalang untuk mengingatkan apa yg pernah di janjikan saat Kampanye. Namun Usaha Pa.Camat dan 7 kepala desa tersebut berkali-kali,  hasil'nya Nihil.

Dengan berbagai alasan Pa.Sugeng Ilalang berupaya untuk tidak menemui mereka. Hingga Pa.Camat dan 7 Kepala Desa lain-nya memutuskan untuk tidak akan ketemu Pa.Sugeng Ilalang lagi.

Pa. Marjan Selaku Camat, merasa sedih dan menanggung malu karena telah mengumpul Masyarakat-Nya. Akhir-nya Pa.Marja, mengatakan kepada 7 Kepala Desa bahwa beliau ingin bertemu dengan Guru Spritual "Abah Ajib", 7 Kepala Desa bersepakat untuk ikut juga.

Abah Ajib, sedang sibuk mengurusi Tanggul yg digunakan utk pelihara Ikan Lele, istrinya menyampaikan bahwa ada tamu Pa.Marjan dan 7 Kepala Desa. kata "Aba Ajib" buat Kopi suguhi Gorengan Pisang. Tidak beberapa lama "Aba Ajib" ketemu meraka dengan senyum dan sikap penuh Wibawa seperti Ahli Hikmah. duduk  mendengar cerita Pa.Marjan dan lainnya. Dwngan menggeleng-geleng kepala "Abah Ajib" menyampaikan ubtaian kata-kata HIKMAH.  " Jangan pernah Menggantungkan harapan pada Makgluk ciptaan Tuhan, tetapi "Titip-lah Nasehat Penuh Hikmah bahwa : Hidup ini tak pernah Abadi, Bagi Mereka yg menanam ribuan benih dengan kejujuran. IA akan menuai  Emas Pujian tak kunjung sepi. Namun apabila, Ia bermain dengan Benih yg Ia tanami maka " Murka Allah"  sebesar junlah "Bilangan Benih" yg IA Tanami. IA dipuji namun sesungguhnya IA tidak di kenang oleh penduduk Bumi dan  dikenal oleh Penduduk Langit sehingga IA miskin di Akhitar nanti.

( Saudara KU. Tulisa tersebut di atas, merupakan refleksi dari fenomena, "Kaum Komunal", yg percaya bahwa memberi mandat dengan harapan adalah Fakta dalam "Pelataran budaya" tanpa kongsi atau kesepakatan tertulis akan merubah Peradaban. Apakah cerita di atas bahagian dati realita di sekeliling kita. "Wallahu 'alam bissawaab". Oleh. Si Hitam Manis Pelipur Lara di Timur Nusantara. Papua. 17/07/2018). 🙏🏼🙏🏼🙏🏼🙏🏼🙏🏼🙏🏼☝🏽☝🏽☝🏽☝🏽👍🏼👍🏼👍🏼👍🏼👍🏼

Minggu, 15 Juli 2018

SUSAH MELIHAT ORANG SENANG DAN SENANG MELIHAT ORANG SUSAH FAKTA ATAU CERITA




Dr. Hb. IDRUS AL-HAMID
REKROT IAIN FATTAHUL MULUK PAPUA

Saudara-saudaraKU, Hidup itu, adalah Usaha dan Ikhtiar, menuju Kampung Halaman yg kekal, Karena Hidup di Dunia Hanya Sementata. Baca hinga berbagai bersama....
_____________________________________

Zaman selalu berganti.  Kalimat ini mengisyaratkan sedang terjadi perubahan dalam dinamika Masyarakat. Seseorang yg dahulu, susah, bodok,  nakal dan kelihatan tidak memiliki masa depan, tiba-tiba, menjadi kaya raya, Cerdas dan bersahaja, berilmu dan akhlaq mulia serta menjadi orang terpandang.

Apakah ini yg dikatakan oleh Allah Swt. " Sesungguhnya, Kami tidak akan merubah Nasib suatu Kaum, hingga mereka merubah sesuatu yg berada dalam diri mereka Sendiri. Dan "Apakah ini yg di katakan oleh Rasul bahwa dalam diri Manusia ada segupal daging, yg memproduksi Perubahan menuju Kebaikan atau Kejahatan".

Pakar Ilmu-ilmu Sosial,  mengatakan bahwa, perubahan dalam realita kehidupan manusia pada akhirnya, menciptakan Pranata Sosial yg memposisikan setiap individu berbeda satu dengan yg lain. Hukum kausalitas adalah bahagian dari dasar asumsi setiap orang yang ingin berubah.

Sementara itu. Di Zaman Generasi "Z". Ada Faktah penuh cerita,  Bahwa dalam masyarakat terdapat dua "Golongan Manusia" yg saling berhadap-hadapan. Golongan yg satu selalu "Susah melihat Orang Senang", mereka tidak pernah bertanya bagaimana kesenangan itu diperoleh, apakah tdk mereka ketahui setiap perubahan terlahir dari usaha dan Ikhtiar.

Pada Golongan lainnya, mengidap penyakit " Senang melihat Orang susah", sehingga selalu berupaya menebar Fitnah yg kata Ahli Hikmah " Fitnah" Lebih kejam dari pembunuhan. Dalam ilmu Kriminologi,  Kejahatan, bermula dari perasaan " ingin menguasai, ingin di puji, ingin mengekpresikan diri dengan menghalalkan segala maca cara dan ingin diakui sebagai Orang hebat.

Suasana ke-bhatinan, saat ini di Nusantara, mungkin dapat kita pahami, ada kelompok orang Yang " Senang Melihat Orang SUSAH dan susah melihat Orang SENANG" sehingga yg selalu bermuncilan saat ini adalah pertentangan dan permusuhan satu dengan yg lainnya.

Setiap Aktor "Hyper Sensitiv Personal. Selalu berada dalam suasana " BUBGLON" jiwanya warna-warni bagaikan Nyanyian "BALON KU ADA LIMA". Artinya Kaum Hyper Sensitiv Personal memiliki wajah beraneka ragam. Untuk itu jangan heran kalau mereka selalu " Senang Melihat orang susah dan Susah melihat Orang senang ". Inilah tabiat Masyarakat "Kosmopolitan Hyper Sensitiv.

( Saudara-saudara KU, Irama tulisan tersebut di atas, saya maksudkan, agar kira-nya kita mampu dan mapan dalam memahami Dinamika Akhir Zaman, yg selalu menyuguhkan madu namun kenyataannya racun. Mari kita bersatu padu membangun bangsa dwngan mengukir Peradaban Abadi sepanjang Hayad dikandung Badan.  Oleh HB.IDRUS AL-HAMID, Si Hitam Manis Pelipur Lara di Timur Nusantara. Papua, 16/07/2018 ).

Kamis, 12 Juli 2018

Early Warning System RADIKALISME TRANS-NASIONAL


Dr. Hb. IDRUS AL-HAMID
REKROT IAIN FATTAHUL MULUK PAPUA

Saudara-saudara KU. Kalau-lah Nusantara di ibaratkan sebuah KAPAL, maka kita-lah Pemilik-nya. Apakah kita sudi membiarkan Penumpang menggerogoti KAPAL yg dibangun dengan tetesan darah Leluhur Bangsa. Baca dan berbagi siapa tahu ada pahala-nya..
_____________________________________

 *Secara umum, banjir* adalah suatu peristiwa yang terjadi saat volume air yang tinggi merendam sebuah daratan. *Secara Umun Cuaca Ekstrim* adalah kejadian yg bermula dari,  udara pada malam hari hingga pagi hari terasa panas dan gerah akibat adanya radiasi matahari yang cukup kuat dan pepohonan bergoyang bagaikan penari balet. Dan *Secara Umum Radikalisme* tumbuh dan berkembang karena tersedianya, kesempatan ruang dan waktu.

Setiap kejadian yg dikaitkan dengan Radikalisme, selalu bermunculan dari "Posteriori" atau Pembenaran tergantung pada pengalaman atau bukti empiris. Artinya kalau tidak dapat dibuktikan adanya indikasi radikal, maka selalu dianggap "Rekayasa Genetik Sosial " karena Kaum Radikalis selalu bersembunyi dibalik simbol--simbol Agama dan Budaya.

Radikalisme adalah istilah yang digunakan pada akhir abad ke-18 untuk pendukung Gerakan Radikal. Dalam sejarah, gerakan yang dimulai di "Britania Raya" yg meminta reformasi sistem pemilihan secara radika, oleh Charles James Fox. Pada tahun 1797 ia mendeklarasikan “reformasi Radikal” dalam sistem pemerintahan).

Kalau lah, Radikalisme sebagaimana tersebut di atas, dihubungkan dengan fenomena yg belakangan ini terjadi di Indonesia, maka seharus-nya ada sebuah sistem deteksi dini terpadu, yg mampu memberikan informasi secara Cepat, tepat dan Akurat, tentang adanya *Kaum Radikalis*, dengan menggunakan  *teknologi Big Data dan implementasi Predictive Analytics melalui TIK*, secara acak, terhadap indikator-indikator yg tersedia.

Pada negara-negara maju dan berkembang, *Early Warning System*  telah digunakan, pada dekade awal tahun 1800-an.  Namun hanya untuk mendeteksi, musuh dalam peperangan,  Penyakit dalam dunia Medis dan  kuman dalam Dunia Pertanian. Untuk itu " teknologi Big Data dan implementasi Predictive Analytics " berbasis TIK adalah cara yg mungkin dapat di siapkan sehingga setiap anak Bangsa Indonesia Raya tidak di jadikan sasaran rekrutmen *Kaum Radikalisme* untuk melakukan teror.

Di Era Melenial dan Generasi " Z ". *Ke-galauan identitas* adalah bahagian dari fenomena  *MEDSOS* yg pada akhirnya, _Generasi Emas Penerus Masa Depan Bangsa dan Negara_, akan berada di *Persimpangan Jalan* yg pada akhirnya melupakan *pelataran budaya Bangsa*, meniadakan *Fungsi Agama* dan yg menyedihkan lagi  *Orang Tua* telah melahirkan dan membesarkan "NYA" dianggap Musuh dalam Angkara Murka.

( Saudara-saudara KU, Saatnya kita bersatu, bersama-sama dengan segenap *elemen Bansa dan Negara* , melakukan "Deteksi Dini" secara sistemik, sehingga mampu melahirkan indonesia  Raya yg *Baldatun Thoibah Warabun ghafuur* . Oleh Si Hitam Manis Pelipur Lara di Timur Nusantara. Papua. Jum'at, 13/07/2018).

Rabu, 11 Juli 2018

" KOLONIALISME SESAMA ANAK NEGERI, MENUSUK DIRI SENDIRI


Dr. Hb. IDRUS AL-HAMID
REKROT IAIN FATTAHUL MULUK PAPUA


Saudara-saudara KU,  Kita Satu Nusa,  Satu Bangsa dan Satu Bahasa.  Kita harus bangga terlahir di Indonesia Raya. Baca dan bagi kesesama Anak Negeri....
______________________

Indonesia terletak di posisi geografis antara benua Asia dan Eropa serta samudra Pasifik dan Hindia, sebuah posisi yang strategis dalam jalur pelayaran niaga antar benua. Salah satu jalan sutra, yaitu jalur sutra laut, ialah dari Tiongkok dan Indonesia, melalui selat Malaka ke India. Dari sini ada yang ke teluk Persia, melalui Suriah ke laut Tengah, ada yang ke laut Merah melalui Mesir dan sampai juga ke laut Tengah (Van Leur). Perdagangan laut antara India, Tiongkok, dan Indonesia dimulai pada abad pertama sesudah masehi, demikian juga hubungan Indonesia dengan daerah-daerah di Barat (kekaisaran Romawi).

Sepintas kalau di telusuri,  sejarah Kolonialisme indlander, diketahui lahir-nya Kerajaan-kerajaan di Nusantara, pada abad ke V. Telah menjadikan Sumbee Daya Alam, sebagai kapital Monarki Absolut. Perluasan wilayah bahagian dari realita, guna mengumpulkan kekayaan dengan "Metode Upeti " adalah pilihan yg menyedihkan, karena kekayaan Alam Nusantara dikuasai oleh keluarga Kerajaan dan Bangsawan. ( Rakyat jelata mati suri)..

Hadir-nya Pelabuhan-pelabuhan di Nusantara seperti Sumatra dan Pulau Jawa, serta lainnya, dijadikan sebagai Pusat transaksi Ekonomi dan Sekmentasi Budaya. yg pada akhirnya memposisikan Masyarakat sebagai Komunitas Ekonomi Sub-sider. mereka hanya memiliki hak Hidup, tanpa pendapatan selayak-nya. Alias " Hidup Segan Mati  Tak Mau".

Nusantara sebagai Gugusan Pulau yg terbentang luas, pada tahun 1945, merdeka berlepasdiri dari jajahan, dan menjadi Negara berkedaulatan Indonesia Raya, dengan bentuk NKRI. Mulai berbenah dan menghadirkan dasar serta simbol Negara, guna meneguhkan integritas Nusa, Bangsa dan Agama, menghilangkan rasa permusuhan,  membangkitkan rasa persaudaraan sesama ANAK NEGERI.

Kalau laah, kita harus jujur untuk direnungi Problem Kehidupan ANAK NEGERI pemegang Kedaulatan NKRI. Faktanya dari tahun 1945 s/d 2018,. pertarungan dan Persaingan Antara Sesama ANAK Negeri, bagaikan Kolonialisme Gaya Baru, dimana setiap warga negara,  satu dengan lainnya salaing memaksimalkan "Pendapat dan Pendapatan " sendiri-sendiri, yg pada akhirnya Anak Negeri saling menusuk diri sendiri.

Pakar Ekonom yg memihak kepada Pribumi mengatakan, disaat ANAK NEGERI,  sibuk mencari tulang belulang (bc. Jadi Buruh pekerja di Perusahan-perusaan Asing/Aseng dengan Upeti Murah yg menusuk dada ), Sementara itu Sang Pemilik "Modal" dengan siasat-nya yg licik,  menciptakan Anak Negeri layaknya Kaum bangsawan yg difasilitaai kehidupan menawan, utk memimpin dan mengelola Perusaan  pengumpul harta kekayaan milik sang pemilik Modal,  dan disaat yg sama Aktor Kolonialis "RENTENIR KEPALA NAGA MERAH" yg tidak terlihat adanya melancarkan siasat Politik Perpecahan terhadap sesama Anak Negeri, dengan Tameng ANAK NEGERI Tebar Pesona.

Kolonialisme di Nusantara, harus kita sadari bersama, karena Pancasila Dasar Negara kita telah menegaskan bahwa "Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakya Indonesia". Setiap insan di bumi Nusantara berhak diperlakukan layak dan bersahaja,  bukan dijadikan sebagai sumber Upeti dalam Paradikma Kolonial Ekonomi Sosialis Komunis belaka. Bukankah Ekonomi Kerakyatan adalah komitmen Leluhur Bangsa. Bukankah sesama Anak Negeri, harus menjaga kedaulatan Ekomomi bersama, karena itulah Kultur Budaya Bangsa Indonesia Raya.

( Mari kita bersatu untuk Indonesia Kuat dan Sejahtra. Kalau sendiri Engkau bukan siapa-siapa,  karena Gitong-royong cara Leluhur menguntai makna kehidupan di Nusantara. Oleh.  Si Hitam Manis Pelipur Lara di Timur Nusantara. Papua. Kamis, 12/07/2018 )...🇮🇩🇮🇩🇮🇩🇮🇩✌🏼✌🏼✌🏼✌🏼✌🏼👏🏼👏🏼👏🏼👏🏼

Selasa, 10 Juli 2018

" MENANGKAL IDEOLOGI KAUM NAMIMAH "


Dr. Hb. IDRUS AL-HAMID
REKTOR IAIN FATTAHUL MULUK PAPUA


Saudara-saudara KU. Dinamika Ber-bangsa dan Ber-negara, sedang dalam Fase Ujian Peneguhan Identitas Indonesia Raya. Jangan ragu dan bimbang, mari kita lawan penebar Fitnah dan Penganjur Perpecahan. Baca dan renungi makna....
_________________________

Imam An-Nawawi berkata, “Namimah" adalah menukil perkataan orang lain dengan tujuan untuk membuat kerusakan. Namimah inilah sejelek-jelek perbuatan.

Beberapa hal yang mendorong seseorang untuk melakukan sifat ini antara lain  :

1. Tidak mengerti bahwa sifat ini diharamkan dalam agama,

2. Kesombongan dan kedengkian yang memenuhi jiwanya,

3. Senang berkumpul  dengan orang yang jahat dan suka menggunjing,

4. tingginya keinginan untuk mengetahui kondisi setiap orang karena factor kecemburuan.

Epmpat faktor tersebut di atas adalah fenomena terkini yg sadar atau tidak, sedang berada disekeliling kita. Kaum Namimah selalu ber-kamuflase dalam setiap kesempatan untuk menebar siasat dan fitnah untuk menghancurkan sendi-sendi kehidupan Masyarakat. Fenomena seperti ini adalah "Sembilu" yg sedang menukik hingga bilik-bilik kamar setiap Insan di Nusantara. (bc. Siasat Namimah di MEDSOS selalu melukai rasa ketidak-adilan dalam jiwa).

Indonesia Persada Nusantara adalah Zamrud Katulistiwa, Sumber daya Alam-Nya,  ibarat Gugusan Emas di hutan belantara dan bahtera lautan-Nya bagaikan tebaran mutiara tak terkira. Itulah sehingga Kaum Namimah bersungguh-sungguh dalam siasat untuk membeli Harkat dan Martabat Bangsa dan Negara dengan pesta pora.

Idiologi Kaum Namimah, harus dihadapi bersama,  sehingga mereka berada dalam lorong sempit Peradaman Anak Pribumi yg menawan, karena memiliki se-juta kawan, dan siap untuk melawan demi kejayaan NKRI tak ada tawaran. Selanjutnya  kita teguhkan persatua,  kita singkirkan perbedaan. Bangsa kita adalah bangsa yg santun,  ramah, humanus, humoris dan religius. Kita bukan Bangsa Peronpak,  kita bukan Bangsa Perampok.  Ideologi Kaum Namimah jangan sampai berkembang subur di bumi Nusantata, karena komitmen kita adalah : Siap mengawal 4 Pilar Ber-bangsa dan Ber-negara yakni " PANCASILA, BHINNEKA TUNGGAL IKA,  NKRI DAN UUD 1945 dimanapun juta berada.

Menangkal Idielogi Kaum Namima, dapat dilakukan dengan cara "Tabayumyun" melalui : Seminar,  Simposium dan Lokakarya ataukah perbanyak seruan-seruan guna menyatukan Persepsi sesama Anak Bangsa di Nusantara. Kita hadir bukan untuk mencela sesama Anak Pribumi. Kita hadir untuk saling memperkuat satu dengan yg lain karena Kemiskinan bukan membuat kita jadi hina dan kekayaan tidak akan membuat kita Abadi sepanjang hayad dikandung badan. Akan tetapi CINTA NEGERI ADALAH BAHAGIAN DARI IMAN, YG TIDAK BERIMAN SAJALAH YG SELALU MENEBAR FITNAH DAN PERPECAHAN... jangan pernah ada Dusta di antara Sesama Anak Bangsa.

(Saudara-saudara KU, Namimah atau Provokator. Di ibaratkan seperti, Guru-Nya Intelejen,  merwka tidak mau tahu apapun yg terjadi, dengan segala cara tujuan harus tercapai. Untuk itu, ANAK PRIBUMI,  harus bersatu memggalak-kan "ACI" ( AKU CINTA INDONESIA ) dari Sabangvhingga Merauke dari Malaka Hingga Maluku adalah HARGA MATI tak ada tawaran sampai titik dara penghabisan. Oleh. Hb. IDRUS AL-HAMID, si Hitam Manis di Timur Nusantara. Papua, Rabu, 11/07/2018)....🇮🇩🇮🇩🇮🇩🇮🇩👍🏼👍🏼👍🏼👍🏼👍🏼✌🏼✌🏼✌🏼✌🏼✌🏼✌🏼

Senin, 09 Juli 2018

" DISTORSI BUDAYA *HUBBUL WATHON* DALAM MITOLOGI MASA DEPAN "



                  Dr. Hb. IDRUS AL-HAMID
   REKTOR IAIN FATTAHUL MULUK PAPUA

Saudara-Saudara KU, Disaat Lagu Indonesia Raya di Nyanyikan, saat pertandingan Bola dilangsungkan, rasa CINTA TANA AIR, kokoh dalam lubuk hati sanubari tak bisa di-bayangkan. Lalu kenapa Mengcerdaskan kehidupan Bangsa selalu diperhitungkan..??!!!
____________________

Dahulu kala, Guru, Dosen atau sejenis-nya adalah sosok yg di-ibaratkan Dewa, karena mampu menciptakan anak panah "Peradaban Fundamental Kebangsaan Rakyat Semesta". Istilah Pahlawan Tanpa Tanda Jasa (Istilah yg dilekatkan kepada mereka) karena mampu mengekspresikan psikologi makna, bahwa Guru, Dosen atau Sejenis-nya sangat berjasa dalam melahirkan gagasan tanpa Pamrih untuk menghadirkan karya Monumental yg abadi sepanjang massa.

Guru, Dosen atau sejenis-nya, dahulu-Kala pada Zaman Mitologi (Contoh, Cerita RA.Kartini) adalah sosok yg merasa terpanggil untuk mencerdaskan Kehidupan Bangsa, tanpa berusaha menanyakan dibayar berapa. Nurani mereka mampu menangkap gejala Peradaban Kolonialis Kapital rentenir, yg menjadikan Kebodohan Rakyat jelata, bumi Persada sebagai alat untuk menguasai Sumber Daya Alam terbarukan saat itu.

Disaat Indonesia, Merdeka berlepas diri dari Penjajah, lalu berkomitmen untuk mencerdaskan "ANAK PRIBUMI" Dalam kehidupan Ber-bangsa dan Ber-negara Indonesia Raya. Disaat para leluhur mengukir harapan, Mitologi Masa-depan, untuk menjadikan Indonesia kuat atau Indonesia hebat. Problem  yg dihadapi adalah Biaya Pendidikan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa hanya Wacana  20%. Apa-lah artinya harapan pupus di persimpangan jalan.

Kalaulah kita bermimpi untuk menjadikan  Anak Pribumi jadi tuan di Negeri sendiri, lalu kenapa bayang-bayang *import Tenaga Ahli Asing atau Aseng*  saat ini mulai berdatangan. Sehingga Mitologi masa depan di-hampiri oleh rasa kecemasan bahwa sanya, Guru, Dosen atau sejenis-nya  dianggap rendah kualitas atau Dis-orientasi, karena hilang rasa Nasionalisme Kebangsaan.

( Saudara-Saudara KU. Apakah Cinta tanah air  saat ini adalah keteguhan Rakyat Jelata karena kelaparan dan tak punya apa-apa. Ataukah tebarkan pesona Kaum Burjois untuk menghilangkan rasa takut dan atau pencitraan belaka. Mungkinkah, aktor politik merubah wajah, Cinta Negeri* jadi *Cinta Diri Sendiri*. Inikah  yg dikatakan Distorsi *HUBBUL WATHON* dalam Mitologi masa depan alias harapan putus di persimpangan jalan karena dikejar bayang-bayang Pencitraan. Oleh Habib IDRUS AL-HAMID SI HITAM MANIS Di Timur Nusantara. Papua. Selasa 10/07/2018)...👏🏽👏🏽👏🏽👏🏽👏🏽👍🏽👍🏽👍🏽👍🏽🇮🇩🇮🇩🇮🇩🇮🇩🇮🇩🇮🇩

Minggu, 08 Juli 2018

" DEGRADASI FUNDAMENTAL DALAM BUDAYA AKADEMIK ZAMAN NOW "


                 Dr. Hb. IDRUS AL-HAMID
   REKTOR IAIN FATTAHUL MULUK PAPUA

Saudara-Saudara KU. *Masa lalu* dalam dunia *Akademik* adalah impian tak Ter-elakkan, karena  memberikan makna *sejuta kenangan* , kita tidak dimanjakan oleh hukum Ekonomi yg menawan, karena *Fakta-nya* Kita Kuliah sambil *berjualan* dan jadi *Kuli bangunan* . Baca dan Resapi makna...👏🏽👏🏽👏🏽
_________________________

 *Dirjen Pendidikan Islam*,  dalam Acar Halal Bil Halal bersama Bpk. Menteri Agama dan Pimpinan PTKIN se-indonesia beberapa saat lalu, menyampaikan buah pikiran sebagai *refleksi* terhadap tradisi Akademik saat *mengenang tahun 90-an*,  dimana *Literasi* sebagai sebuah karya Orisinil yg di tulis oleh *HARUN NASUTION, CAK NUR, ZAKIA DARAJAT,  HASBI ASSIDIQ, Kuncoro Ningrat, Kunto Wijoyao* dan lainnya, saat itu mudah diperoleh dan selalu di jadikan rujukan dalam kajian-kajian Studi islam Lintas Disiplinier. Namun pada saat ini, hampir sebahagian besar Mahasiswa tidak tahu, ataupun memahami *Literasi* yg penulis-nya orisinil nusantara sebagaimana tersebut  diatas.

Di tahun 1992. Prof.Dr. Nugroho Notosusanto,  MENDIKBUD,  mengeluarkan Peraturan tentang NKK (Normalisaai, Kehidupan Kampus ). maka sesungguh-nya Lahir-lah, Istilah *Otonomi Kampus* dan atau,  *Otonomi Akademi* . Disaat tersebut  Kampus diberikan keleluasaan, mengembangkan *Kultur Akademik* dengan metode " setiap Dosen bersama-sama dengan mahasiswa melakukan kajian-kajian yg sangat Kritis dan mendalam, baik itu soal-soal *Keagamaan, Antropologi, Sosiologi dan Ekopol*  tanpa ada Pertanyanya. Seperti..?? *SERDOS* Sudah keluar beloooon atau mungkin juga ada pertanyaan *TUKIN* Dosen Gimana Too.... Apakah ini dinamakan Dis-orientasi Kultur Akademik yg sedang melanda Akademisi, wallahu'alam bissawaab...

Mungkinkah *Globalisasi* menyumbang, adanya Degradasi Fundamental dalam *budaya Akademi* , sehingga *Digitalisasi Virtual Literasi* Segrah dicanangkan, agar *buku-buku* yg dianggap *langkah* dan mulai *dilupakan*, dapat di akses oleh Sivitas Akademika dimanapun berada...??? Ataukah perlu dilakukan Re-konstruksi Kurikulum dengan tidak mengadopsi pola *Tematik* yg tidak *substansi* dan  menyentuk pokok persoalan yang dihadapi, seperti *Radikalisme* dan *Fundamental* Akademik dalam Peradaban masa kini.

Kalau-lah, *Budaya Akademi* bahagian dari masalah sebagaimana tersebut diatas, apakah perlu ada perangkat aturan yg secara Akademik dapat memberikan Otonomi Kampus dan Otonomi Akademik seperti *UU Otonomi Daerah*. Hal ini mungkin dipahami dalam kehidupan Ber-Bangsa dan Ber-negara, Payung Hukum sebagai Produk Pijakan dalam dunia Kampus dapat di realisasikan agar *Pimpinan* Perguruan tinggi tidak terkesan *Galaou* dan *ragu* dalam membuat *kebijakan Strategi dalam menjewantahkan Prinsip Dasar Budaya Orisinil Nusantara*, artinya Berkarya Untuk Negara, melahirkan *Anak Negeri* Pelipur Lara.

( Saudara-Saudara KU, Indonesia atau Nusantara adalah Gugusan pulau yg memiliki Budaya yg beragam, sehingga Metode yg digunakan seyogya-nya memiliki varian yg beragam pula.  Sehingga dibutuhkan kebijakan yang berpihak pada *Kearifan Lokan* yg sejuk dan menawan.
Oleh. Habib.IDRUS AL-HAMID, Suara Minor dari Timur Indonesia Raya. Papua. 09/07/2018)..

Sabtu, 07 Juli 2018

" *PERTARUNGAN KAUM AKADEMIK, DALAM PRAHARA PERADABAN TEKNOLOGI* "


                  Dr. Hb. IDRUS AL-HAMID
  REKTOR IAIN FATTAHUL MULUK PAPUA

Saudara-saudara KU.. Kata Pakar Rekontruksi Kebudayaan, bahwa Perubahan Perilaku Masyarakan dewasa ini ditengarahi oleh Kemajuan Teknologi. kalau demikian Perguruan Tinggi sebagai Agen perubahan harus mampu menjawab tantangan dalam Fenomena Zaman...
_______________________

*Para Pakar* dan *Pemerhati Pendidikan* Tinggi, mengemukakan bahwa saat ini dan masa depan nanti, tidak hanya perusahaan-perusahaan besar kelas dunia yang mengalami *disrupted (terganggu)* hadir-nya teknologi masa kini. Perguruan Tinggi pun terancam *disrupted* bila tidak segera melakukan perubahan dan menyesuaikan peranan-nya di dunia pendidikan.

Perubahan-perubahan yang terjadi di masyarakat, akibat pengaruh *kemajuan teknologi* membuat beberapa pekerjaan terancam hilang tergantikan dengan jenis-jenis pekerjaan baru sehingga sumber daya manusia harus dipersiapkan untuk menghadapi datangnya era masa depan tersebut.

Di dunia pendidikan nantinya paling banyak *didominasi* oleh hadirnya *teknologi informasi*. Seperti halnya 3D Digital Printing, Virtual and Augmented Reality , Gamification, Artificial Intelligent, dan Learning Analytics. *Tema personalisasi* akan tiba di era masa depan, dimana nanti peneliti dapat mencetak alat penelitian secara presisi menggunakan 3D Digital Printing.

 *Distance Learning* yang akan membuat pengalaman kuliah seakan-akan berada dalam ruangan yang sama dengan hadirnya *teknologi Virtual and Augmented Reality.* Konsep permainan online (Gamification) dalam dunia pendidikan yang akan membantu para pendidik untuk bisa membangun motivasi di kelas-kelas sehingga mahasiswa lebih terpacu untuk terlibat didalam bentuk permainan tersebut. Kurikulum standar yang saat ini masih digunakan akan beralih ke kurikulum modular dimana masing-masing *Mahasiswa* dapat membuat *kombinasi modul* mata-kuliahnya sesuai kebutuhan unik dari para pemberi kerja melalui modul-modul yang tersedia.

Pada saat-nya, Universitas berbasis riset masa kini versus Universitas berbasis riset masa depan. Kesuksesan Universitas berbasis riset masa depan tidak lagi mengejar rengking, namun terletak pada besaran kontribusi pada ekonomi dan kemajuan sosial serta berorientasikan pada kelompok lintas multidisiplin ilmu.

Kalau demikian adanya, maka setiap Perguruan Tinggi seyogya-nya meninjau kembali program-program-Nya, guna penguatan Sumber daya Manusia yg mampu dan paham terhadap Teknologi.

Pimpinan Perguruan Tinggi, mungkin seharus-nya, mereka yg tidak *GATEK* atau tidak diharuskan *Guru Besar* (Profesor), ataukah mereka yg paham perkembangan *Manajemen Modern* , yg dicirikan sebagai kemampuan menyatukan  proses dan ketepatan Akses terhadap layanan, dengan menghilangkan *Tirani Gap* antara Rektorat dan Fakultas serta unit-unit lainnya yg selama ini merupakan fenomena klasik yg mungkin harus di tinjau kembali, agar batasan kewenangan pengelolaan anggaran Akademik 80% di Fakultar dan 20%. Anggaran Perimbangan di Rektorat.

Sungguh seharus-nya, tulisan sederhana di atas dapat kita renungkan, hingga *Perguruan Tinggi Negeri* maupun *Swasta* mampu mencerdaskan kehidupan bangsa, melalu Inovasi teknologi yg bersifat penguatkan *Akademik lintas multi-disiplinier*. Hal ini mungkin dapat dimaklumi karena *Pendidikan Semesta* merupakan implementasi terhadap Kewajiban Bangsa dan Negara untuk mencerdaskan *ANAK PRIBUMI* Sebagai mana harapan Leluhur di Nusantara.

( Bung, Pendidikan Tinggi, merupakan *Lokomotif* Perubahan Paradigma masyarakat modern. Kita tidak bisa lagi membiarkan Masyarakat terbuai dengan Teknologi yg disalah gunakan untuk GAME Online. Mencerdaskan ANAK PRIBUMI, bagaikan menanam benih-benih unggul yg siap kompetisi dgn perubahan Zaman. Oleh. Si Hitam Manis Pelipur Lara di Timur Indonesia. Papua, Minggu- 08/07/2018 )

Jumat, 06 Juli 2018

" PANORAMA *DAKWAH DAN KAROMAH* KAUM BA'ALAWI DI JAZIRATUL MULUK DAN PAPUA "



                 Dr. Hb. IDRUS AL-HAMID
  REKTOR IAIN FATTAHUL MULUK PAPUA


Risalah kecil ini adalah usaha seorang insan kerdil untuk memberi sedikit maklumat mengenai Ba’alawi. lni kerana keturunan Ba’alawi dewasa ini sedikit sekali, mempunyai pengetahuan, mengenai asal usul mereka. Saya amat berharap bahawa risalah sepenggal tulisan ini dapat menyingkap serba sedikit tentang asal usul Ba’alawi, serta menaruh harapan agar ia dapat mencetuskan minat lalu mendorong golongan atau keturunan Ba’alawi untuk mengenali  Tapak Historis, mereka secara lebih dekat lagi. Alangkah baiknya kalau risalah ini dapat disebar luas  guna menemui Panorama Keturunan   Alawi di Timur Nusantara yang mungkin belum tersingkap. Semoga usaha ini di mudahkan oleh Allah swt.

Umum dipahami, *Ba’alawi* ialah gelaran yang diberi kepada mereka yang bertalian *Nasab* pada *Alawi bin Ubaidullah bin Ahmad bin Isa Al-Muhajir*.  Awal cerita bahwa Ahmad bin Isa Al-Muhajir, meninggalkan *Basrah Iraq* bersama keluarga dan pengikut-pengikut-Nya pada tahun 317H/929M untuk berhijrah ke Hadhramaut di Yaman Selatan. Cucu Ahmad bin Isa yang bernama Alawi, merupakan orang pertama yang dilahirkan di Hadralmaut. Oleh sebab itu anak-cucu Alawi digelar Ba’alawi, yang bermakna Keturunan Alawi. Panggilan Ba’alawi juga bertujuan memisahkan kumpulan keluarga Alawi dari pada cabang-cabang keluarga yang lain yang berketurunan dari Nabi Muhammad s.a.w. Ba’alawi juga dikenali dengan kata-nama Saiyid (Sadah bagi bilangan lebih daripada seorang). Keluarga yang bermula di Hadhramaut ini, telah berkembang dan membiak, dan pada hari ini ramai di antara mereka menetap disegenap pelosok Nusantara, India dan Afrika. Ada diantara Masyarakat yg berpandangan Setiap orang melukis garis turunan dari Ayah bukan Ibu. Maka, Rasulullah saw menjawab dalam bersabda :

" *Setiap putra ibu, akan bergabung nasab-Nya kepada ashabah-Nya (bc.pihak ayah), kecuali anak-anak Fathimah, Akulah ( bc.Rasulollah) wali mereka dan akulah ashabah mereka ".*
(Al Hadist )

Di Nusantara, dalam catatan sejarah kaum Ba'alawiyyah, disebut dengan panggilan Habib (Yang Tersayang) bagi laki-laki dan Syarifah (yg dimuliakan, karena mengandung Zurriyah). Menurut Prof.KH.HAMKA Awal masuk di Nusantara pada Abad ke VII Miladiyah, Kerajaan China menemukan makam (bc. Sekitar Abad ke 9 ditemukan di daerah Sumatera dan Kuburan bertulisan Fatimah Binti Maimun). Kaum Ba'alawi bermigrasi dari Hadramaut, hingga tiba di Nusantara adalah bahagian dari mengikuti metode Leluhur mereka  *Ahmad Bin Isa Al-Muhajir * yakni Berhijrah dengan Pola Dagang dan Berhijrah untuk mengukur Peradaban.

PERTAMA : Berhijrah dengan pola Dagang. Dapat dipahami pada Zaman itu, Hadramaut adalah daerah yg kekuasaan-nya dipegang oleh Kaum Khawarij, sehingga menyebabkan Kaum Alawiyyah, sulit mengembangkan tradisi dagang sebagaimana *Leluhur mereka* dekade Awal di Basrah Iraq. Sehingga dapat dipahami *ber-migrasi* adalah pilihan yg Cerdas guna mempertahankan kelangsungan hidup Keluarga (bc.Cerita Habib  Karamat Luar Batang ). Pola Dagang yg dikembangkan saat itu adalah sistim Barter, dimana tukar menukar barang yg terjadi tanpa dengan uang, artinya keinginan memiliki barang tidak cukup hanya dengan menjual hasil kebun, sehingga hasil kebun ditukar dengan barang dengan Pola tatap muka secara langsung. Disaat itulah Komunikasi terjalin dengan *pola Interaksi sosial yg sejuk dan menawan* sehingga kaum Alawiyyah dekade Awal diterima oleh Masyarakat dan Kerajaan di Nusantara dengan baik dan bersahaja, karena *Kaum Alawiyyin* selalu berikan Solusi tanpa Emosi dan memperjuangkan hak-hak Pribumi, tanpa merasa memiliki dan bernafsu untuk menguasai seperti Asing dan Aseng.

KEDUA : Berhijrah dengan  Pola Mengukir Peradaban. Diketahui dalam catatan sejarah Kaum Alawiyyin, dalam Tapak Peradaban Nusantara telah berkonstribusi dalam merubah Peradaban  Kerajaan Tradisional yg menjadikan Hukum Adat sebagai pijakan dalam mengatur kehidupan masyarakat komunal. Disaat problem masyarakat seperti paceklik dan wabah Penyakit yg susah disembuhkan mendera  Khususnya pada kerajaan yg ada di Pontianak dalam Kesultanan Mampawa. Kehadiran  Sayyid Habib Husain Al-Qadriy mampu mempengaruhi sistem Hukum Adat yg sudah berlangsung sekian lama 1740 Miladiyah. Model dan Pola semacam tersebut di atas, dilakukan pula oleh Para Kaum Ba'alawiyah di Nusantara.

Sementara kaum Ba'alawiyyah di Timur Nusantara (bc.Papua dan Maluku ), pada tahun 1800. Miladiyah, telah hadir di Maluku (Ambon ) yakni Al-Habib Abdollah bin Alwiya Al-Masthu, yg hadir di Ambon saat itu guna menghindari pertarungan antara kerajaan Sriwijaya dengan Majapahit guna perluasan kerajaan (bc.Catatan Sejarah tentang Peperangan antara kerajaan Sriwijaya dengan Majapahit).

Daerah yg dianggap paling Nyaman untuk Dagang dan Dakwah adalah Maluku. Setiba-Nya Habib Abdollah bin Alwiya Al-Masthur di Ambon, teelihat tradisi Mistik dalam masyarakat sangat kental, hal ini dapat dimaklumi karena ganas-nya Alam yg berdampak dalam kehidupan Masyarakat. Sebagai orang Asing sudah tentu pasti berhadapan dengan tantangan yg sangat luar biasa. Seperti halnya harus mampu menunjuk-kan Ganasnya Alam. Maka Habib.Abdoll bin Alwiya Al-Masthur meminta untuk disediakan tempat di pantai yg terdapat pertemuan antar air Laut dengan Darat, maka oleh masyarakat di berikan Lahan yg saat ini dikenal sebagai Masjid Jami' di kota Ambon. Ini terbukti hingga saat ini di Zaman NOW, Suasana dalam Masjid sangat terasa *Jejak Tapak Ke-Waliyan* Para Habaib Khusus-Nya  Al-Habib Abdolla bin Alwiy Al-Masthur yg di tahun 1830 kawin dengan   Anak dari Pangeran Abd.Ajiz bin Pangeran Diponegoro nama-nya Raden Ayu Aminah binti Pangeran Abd.Ajiz Diponegoro.

Titik Awal, Panorama Da'wah dan Karomah Sebagai sesuatu yg langkah saat itu, apabila dicerna oleh Akal Sehat, karena Transportasi yg tersedia sangat minim, tidak seperti halnya sekarang. Perkawinan Antara Habib Abdollah bin Alwiya Al-Masthu dengan putri Pangeran Abd. Ajiz. Merupakan bahagian dari Rencana Allah SWT. Yg pada akhirnya menjadi Sebab, berdatangan Para Habaib dari Marga lainnya, ke Maluku (Ambon). Psikologi Alam dan Masyarakat di Maluku dan Papua saat itu *sangat labil* sehingga *Sensitivitas* terhadap hadirnya Orang baru sangat tinggi, ini terbukti, ada perlawanan yg dilakukan oleh Jawara-jawara yg mengandalkan kekuatan Alam, Jin dan lainnya untuk melumpuhkan *Para Habaib dekade Awal* sehingga pertarungan umumnya dilakukan secara terbuka,  artinya Masyarakat dikumpulkan di tanah lapang untuk menyaksikan Pertarungan antara Habaib dengan jawara yg dipercaya punya kemampuan maha dahsyat. Contoh Fenomena *Habib Hasan Boften Banda* yg hanya dgn jari Sahadat, mampu melumpuh-kan Para Jawara.

Karomah secara Harfiah dapat dipahami adanya kelebihan luar biasa yg Allah berikan kepada Manusia karena Kepatuhan dan Ketakwaan-nya kepada Allah SWT, yg dari itu diangkat ke derajat Waliyullah dan Allah yg menanggung segala kebutuhan mereka. Para Habib khusus di Jazirah Muluk. Memiliki *derajat Ke-waliyyan* yg sangat luar, mereka mampu menakluk-kan Alam dan Masyarakat MALUKU DAN PAPUA dengan *Ilmu Hikmah* yg sifatnya Atraksi, sehingga masyarakat sangat meyakini kebesaran dan Karamah Para Habaib di Maluku dan Papua. Ini adalah bahagian dari bukti sejarah yg sampai saat ini dapat di jumpai Kuburan para Auliya yg bercahaya dan dijadikan Pasak-pasak kejayaan masyarakat di Timur Nusantara. Oleh. Hb. IDRUS AL-HAMID, Si Hitam Manis Pelipur Lara di Timur Nusantara. Ambon. 06/07/2018.

Rabu, 04 Juli 2018

* BAHAYA SISTIM PENERIMAAN ASN BERBASIS CAT ( Computers Assted Tes ) *DALAM PERSEPSI DE-RADIKALISME SEGRAGASI**


                  Dr. Hb. IDRUS AL-HAMID
  REKTOR IAIN FATTAHUL MULUK PAPUA

Saudara-Saudara KU, Terkadang kita harus Renungi, bahwa Radikalisme Segragasi lahir disaat kesempatan Tersedia, Apalagi melalui Tes ASN.. Baca Renungi Makna dalam peristiwa Teroris Surabaya diduga ASN.
________________________

Menurut BKN (Badan Kepegawaian Negara), yang dimaksud dengan pengertian CAT (Computer Assisted Test ) adalah suatu metode seleksi dengan alat bantu komputer yang digunakan untuk mendapatkan standar minimal kompetensi dasar bagi pelamar CPNS.

Standar kompetensi dasar CPNS diperlukan untuk mewujudkan profesionalisme PNS , dan CAT dipercaya bisa menjamin standar kompetensi dasar CPNS dalam TKD (Tes Kompetensi Dasar).

Soal TKD CAT CPNS dibuat oleh Badan Kepegawaian Negara (BKN) dengan 3 jenis bidang pengujian yaitu Tes Wawasan Kebangsaan (TWK), Tes Inteligensi Umum (TIU), dan Tes Karakteristik Pribadi (TKP).

Sistem rekrutmen ASN, Khusus-nya pada bidang Wawasan Kebangsaan ataupun lain-nya, tdk dapat dipastikan bakal calon ASN, terbebas dari *Paham Radikalisme Segragasi* karena keterbatasan sistem CAT mengakses *Perilaku* yg dalam ilmu kedokteran dapat berubah sesuai *pshikologi* ruang lingkup dimana peserta berada. Terkadang ber-Kamufalse sebagai orang dgn wawasan kebangsaan yg utuh, namun dibalik itu tersimpan kompetensi Radikalisme Segragasi yg membahayakan Ke-Bhinnekaan dalam Ber-negara.

Sementara pada daerah-daerah tertentu dari *MALAKA* sampai *PAPUA* selalu di perhadapkan dengan terbatas calon peminat *Regional* yg berakibat, ada-nya calon dari luar yg tidak diketahui *asal,usul Nasab Keilmuan*. Hal ini dapat berdampak pada *Sosial Shock* ( bc.Kepanikan Sosial karena benturan Kebudayaan) hingga banyak peserta yg mundur. Ini dapat berakibat pada lambatnya tersedia SDM yg mumpuni pada daerah 3T (Terluar, Tertinggal dan Terdepan).

Dari goresan tulisan  tersebut di atas, mungkin yg dapat dilakukan adalah :  Mendeteksi ada atau tidak adanya Kelompok *radikal berjubah budaya dan Agama*  apabila sistem tes dilakukan dengan tahapan :

PERTAMA : Ujian kompetensi Wawasan Kebangsaan dan Kebudayaan seharus-nya dilakukan secara *REGIONAL/PROVINSI*. Hal ini sebagai upaya *Deteksi Dini* bagi Calon pelamar sehingga mengetahui dan Paham *GEOPOLITIK* yg berkembang secara Regional. Ini sangat penting, hingga yg lolos tes Tahap ke-dua adalah mereka yg bukan hanya Pencari kerja tetapi benar-benar tenaga Profesional dan terampil dengan Wawasan Kebangsaan dan Keagamaan yg Utuh serta tidak Radikal dan paham *Geopolitik Lokal*.  Akan sangat strategis apabila, setelah dinyatakan Lolos harus, di Kontrak dalam masa Orientasi sebagai PEGAWAI TETAP NON PNS. Selama 1 tahun untuk selanjut-nya baru dapat di ikutkan dalam tahapan Tes secara Nasional.

KE-DUA : Tes Komoetensi  bidak keahlian, dalam bidang yg diminati dapat dilakukan Secara Nasional dengan sistim CAT. Namun mereka yg dinyatakan lolos Tes Regional/Provinsi sesuai kebutuhan bidang keahlian pada SATKER di Daerah sebagaimana ditetapkan dengan SK Lulusan Tes Seleksi Tahap Pertama oleh pimpinan *SATKER PENGGUNA*. Sehingga setiap Calon Paham Kebutuhan terhadap Kompetensi tertentu pada *SATKER DAERAH* dan Perilaku budaya dalam bingkai kearifan lokal.

( Saudara-Saudara KU, Indonesia itu luas, Indonesia itu Ragam Pesona, masyarakat kita, butuh ASN yg bukan hanya *Pintar dan Terampil*, tetapi sadar akan budaya *Leluhur Bangsa* yg Humanis dan Agamis. Kalau Eropa menggunakan sistim CAT, Dalam Penerimaan ASN, kenapa harus kita *Latta* untuk ikut-ikutan. Ingat Bung. Eropa itu Negara Benua dengan sistem IT deteksi dini sangat Canggih, sementara Indonesia Negara Kepulauan dengan Topografi wilayah  Nusantara satu dengan lainnya beda-beda. Harus dipahami *INDONESIA* bukan hanya *JAKARTA*.  Karena Radikalisme Segragasi Musuh kita bersama. Oleh Hb.IDRUS AL-HAMID. *Suara Minor Dari Timur Nusantara Untuk Indonesia Raya*. Papua. 05/07/2018).🇮🇩🇮🇩🇮🇩🇮🇩 NKRI HARGA MATI.

" *AGAMA DAN PLURALITAS, MAKNA KOKOH-NYA PILAR BANGSA DAN NEGARA*"


                 Dr. Hb. IDRUS AL-HAMID
  REKTOR IAIN FATTAHUL MULUK PAPUA

Saudara-saudara KU, Hidup itu sementara, berbuatlah yg terbaik biar Engkau Mulia adanya.
_______________________

Manusia adalah makhluk sosial, yg memiliki dimensi ruang dan perilaku beda dengan makhluk lainnya. Semenjak awal di ciptakan, sudah menuai kontroversi yg dengan tegas Allah (Tuhan), mengatakan bahwa makhluk tidak layak mempertentangkan maksud *Ciptaan Allah*. Hal ini harus dipahami bahwa yg diciptakan memiliki keterbatasan dalam memahami *Kodrat ilahi*.

Sebagai Makhluk sosial, yg diberikan kepercayaan memakmurkan Bumi, maka *Allah* memperkenalkan nama-nama benda ciptaan-nya (bc.Manual Books masuk ke memori  diri Adam sebagai Manusia Pertama). Gambaran ini yg selalu membahana dalam Teks suci Wahyu dari Allah (Tuhan semesta Alam ). Meski demikian Allah memberikan Manual Books (bc. Jabur, Taurat, Injil dan Al Qur'an) yg isi-nya berupa Kumpulan Wahyu untuk dijadikan Pedoman dalam kehidupan manusia di bumi sebagai Khalifah (Pemimpin dll).

Sementara itu, agama bagi setiap pemeluk, merupakan Wahyu atau petunjuk Tuhan (revelation). Namun kehidupan ke-beragamaan tetaplah merupakan fenomena budaya. Artinya manifestasi keberagamaan seseorang mengambil *pelataran budaya*. Sebagai implementasi-nya, maka praktik keberagamaan seseorang atau masyarakat senantiasa melahirkan bentuk-bentuk pluralitas dan bahkan melahirkan pengelempok-pengelompok dalam sub-sistem pranata Sosial.

Untuk itu, *Agama* mampu menciptakan ikatan dan kohesi Sosial dlm Masyarakat dan pada saat yg sama agama dapat menciptakan pemisahan dari kelompok lain-nya. Sementara *Pluralitas* kehidupan yg telah menjadi ciri khas kebanyakan bangsa di dunia, termasuk Indonesia telah menunjuk-kan implementasi positif berupa sumbangsih Pemeluk Agama terhadap, budaya, Perjuangan dan Kemerdekaan bangsa dan negara. Namun terkadang keberagamaan sering kali menjadi titik rawan yg dimanfaatkan dan diklaim turut memicu konflik-konflik sepanjang sejarah.

Fakta telah bercerita, bahwa ke-tidak-serasian kehidupan yg Plural telah menjadi pemicu terjadinya berbagai kerusuhan, meskipun penyebab utama sesungguhnya bukan *Agama*. Namun terkadang pelaku selalu *BERJUBAH* agama karena budaya mungkin dianggap Plural (beragam).

Pengaruh agama dan budaya dalam memandang kehidupan pluralisme dapat mereduksi potensi konflik di masyarakat, karena *Kepercayaan agama* dalam ritualitas, masyarakat bersandikan Budaya mampu mempertahankan sistim *Kohesi Sosial* ( bc.Clifford Geertz dan Gluckman ).  Yg harus di pahami bahwa Indonesia sebagai, sebuah bangsa yg mempunyai ciri khusus, dalam dinamika kehidupan beragama yg sangat mengagumkan dan seringkali dipersepsikan sebagai *model* dalam kerukunan hidup beragama secara global, harus diyakini bahwa *Nilai agama* tidak berkonstribusi terhadap Konflik melainkan berkonstribusi sebagai *Absolusitas* dalam Penyelesaian konflik di masyarakat sebagai wujud sinergitas agama dan budaya.

Secercah tulisan di atas, mengisyaratkan agar kiranya, seluruh komponen *Bangsa dan Negara Indonesia Raya* dapat mengembangkan kesadaran Pluralitas secara tulus sebagai penghayatan dari apa yg dikatakan oleh Allah SWT Sebagai berikut :  *Menausia di ciptakan dari seorang laki-laki dan perempuan dan  bersuku-suku, berbangsa-bangsa untuk saling kenal mengenal ".* Sehingga membangun kerukunan di tengah masyarakat yg Plural merupakan pesan Allah (Tuhan Semesta Alam). Untuk itu para Tokoh Agama dan Budaya perlu menggunakan Kharisma-Nya dalam memberdayakan sinergitas agama dan budaya sebagai perekat Ke-Bhinnekaan dalam Masyarakat *INDONESIA RAYA*.

( BUNG : Sesungguh-nya beragama membuat setiap orang jadi beradap. *Allah selalu* menggunakan kalimat, *Siapa yg menanam kebaikan atau kejahatan meskipun sebesar butiran debu, Ia akan menuai balasannya.* Karena *Allah* lebih *berhak* menilai dan memberi *Hidayah* kepada setiap ciptaan-NYA, kita hanya bagian dari *sebab* di *Alami Metafisika Kehidupan* yg diciptakan oleh Allah (Tuhan yg maha kuasa ). Oleh Hb. IDRUS AL-HAMID. SI HITAM MANIS PELIPUR DI TIMUR NUSANTARA, Aduhai Rasa-nya Nikmat dalam Ber-Bangsa dan Ber-Negara Indonesia Raya. Papua. 05/07/2018).

Senin, 02 Juli 2018

" HARGA *REFORMASI* SETENGAH HATI, TAK SEBESAR *HARGA DIRI* BANGSA DAN NEGARA *INDONESIA RAYA* "


                 Dr. Hb.IDRUS AL-HAMID.
  REKTOR IAIN.FATTAHUL MULUK - PAPUA


Saudara-Saudara KU, Dahulu kita hidup bertetangga, tak ada sekat dalam bahasa dan budaya, Kenapa kita harus berkelahi untuk berbeda. Baca utk *Kesatuan bangsa dan Negara* ...
_____________________

Reformasi sudah berusia lebih dari satu dasawarsa. Ternyata perkembangan mutakhir bangsa ini lebih banyak *memproduksi* keluhan, kritik keras tidak efektif dan berbagai masukan yang tidak digubris. Semua seolah-olah memberi goresan yang kuat dari sebuah lukisan manusia yang lemah tak berdaya, frustasi, bagaikan kehilangan induk, sebagian merasa ”mati di lumbung padi.”

Masih teruskah kita *memproduksi* , lukisan-lukisan getir dan memajang-nya dalam etalase kebudayaan kita..?” “Hingga kapan kita melakukan itu semua?” ”Tidak-kah kita mulai berani untuk mengatakan, ”cukup sudah semua itu,” jika ternyata keluhan tak menghasilkan renungan, kritik tak membawa perbaikan, masukan berhenti di tengah jalan, dan harapan tinggal jadi kenangan?”

Konon bahkan kita saling berhadapan sebagai manusia yang *tuli*  terus dalam tradisi *Monolog* tanpa *Dialog* , dikuasai oleh kepentingan pribadi dan kelompok, dan mengarahkan final actualization diri hanya pada kekuasaan (golongan dan teman dekat) juga kekayaan (peribadi dan keluarga) bukan pada penunaian amanah atau tugas kepemimpinan untuk publik atau rakyat jelata tak disangka.

Ter-ngiang dalam ingatan sewaktu Kasus *PACE* *ANGGODO WIDJOJO* , aktor utama yg mengobrak-abrik Penegak Hukun. Idealnya, elit politik secara politis mesti mengambil posisi kontra, dengan postulat (anggapan Dasar) yang mengatakan bahwa semakin sulit polisi menemukan alat bukti yang cukup untuk menjerat Anggodo, semakin sakit pula hati rakyat yang sudah terluka, tapi justru pada saat yang sama, seakan-akan menjadi public realtion-nya Lawyers dan cukong serta mafia peradilan.( *bc.Syamsudin Kadir dlm Buku" Sebuah refleksi Untuk Aksi - Cinta Negeri*)

Semua itu saya sampaikan, karena kita masih memiliki potensi dahsyat di Negeri ini. Selain itu, kita masih percaya bahwa wibawa bangsa ini terlalu mahal harganya, dan tidak ada bandingan-nya. Pada saat yang sama, potensi bangsa ini masih banyak dan memiliki daya saing yang mumpuni. Lalu, bagaimana strateginya agar wibawa itu tetap terjaga? Bagaimana caranya agar peran-peran global itu bisa diperankan kembali? Agenda utama yang mesti kita tunaikan sekarang adalah menata potensi-potensi yang ada sebagai syarat yang sangat penting dalam mewujudkan obsesi kita dalam mewujudkan tata dunia global yang lebih anggun. Kita mengawali semuanya dengan menjayakan negeri ini, setapak demi setapak, jangan pernah memberikan *Harapan Kosong* kepada Sang Pemilik Kedaulatan karena itu termasuk menghianati harapan Leluhur Di Nusantara.

Pada Kenyataan-nya disaat *Kristalisasi* dari berbagai tuntutan para pendukung gerakan *reformasi*  menghasilkan enam tuntutan utama,  adalah sebagai. :
*Pertama* , penegakan supremasi hukum; 
*Kedua*, pemberantasan KKN;
*Ketiga*, pengadilan mantan presiden Soeharto dan kroninya; *Keempat*, Amandemen konstitusi;
*Kelima*, pencabutan dwifungsi ABRI (TNI/Polri), dan;
*Keenam*, Pemberian otonomi daerah seluas-luasnya.

( Saudara-saudara KU, Reformasi sebagaimana tuntutan tersebut di atas, apakah murni terlahir dari Nurani rakyat jelata, ataukah "SURAU KAUM ELITE" Yg terpenjara dalam bayang-bayang Hegemoni birahi kekuasaan, ataukah mungkin Nasionalis Kebangsaan yg digagas oleh *SOEHARTO*  Demokrasi Pancasila dalam Budaya Leluhur Bangsa, yakni Gotong-royong, Ke-Bhinekaan dan Penguatan ekonomi kerakyatan, yg pada itu sang pemilik Modal (bc.Asing dan Aseng) Merasa Terancam sehingga *Soeharto* wajib dilengserkan..  Inilah Suara Akademisi TIMUR NUSANTARA. Oleh.Habib. IDRUS AL-HAMID. Dalam Renungan Seribu Makna untuk Indonesia Raya. *Selasa Dinihari* . 03/07/2018).🇮🇩🇮🇩🇮🇩☝🏼☝🏼☝🏼☝🏼☝🏼☝🏼

Minggu, 01 Juli 2018

" POLITIK UANG, POLITIK PEREMPUAN "


Dr. Hb.IDRUS AL-HAMID - REKTOR IAIN FATTAHUL MULUK. PAPUA

Saudara-Saudara KU, setiap kita pasti merasakan kasih sayang Ibu, demi masa depan merek rela berjualan didepan terminal atau pertokoan, Uang bagi mereka kaum Perempuan sangat berharga bukan sekedar kelangsungan hidup semata. Baca dan Renungi makna....👏🏽👏🏽👏🏽
_______________________

Perempuan atau sering disebut Wanita, adalah makhluk yg memiliki keterbatasan dalam mengekspresikan karya cipta di ruangan terbuka. Hal ini mungkin dapat dimaklumi karena mereka di Ciptakan sebagai *Perhiasan Dunia*. Sebagai Perhiasan.*Perempuan* memiliki sifat sensitivitas yg amat tinggi terhadap lingkungan di sekeliling-Nya, artinya *Perhiasan apabila dijaga dan dipelihara* dengan baik dan benar bernilai tak ada Tara-Nya.

Politik dapat dipahami " Tidak ada Lawan, Tidak ada Kawan, melainkan Kepentingan". Aktor dalam sebuah episode, selalu mengintai lawan dan berupaya agar menjadi kawan sehingga  *Neraca Kepentingan* selalu Abadi Sepanjang Massa. aktor selalu menganggap, kebebasan berekspresi dapat melanggengkan kekuasaan-Nya, namun pada kenyataa-nya tidak semua *Nafsu* dapat dibeli dengan *UANG*.

Lain halnya dengan  Perempuan, mereka akan melawan siapapun dia, apabila kepentingan yg berkaitan dengan kehidupan orang disekeliling-nya diganggu atau dihancurkan hak-hak *NYA*. Perempuan sebagai sosok ibu, mereka selalu berupaya untuk mengutamakan kepentingan *merestrukturisasikan Eksistensi Sosial*  meskipun untuk itu harga diri, mereka siap pertaruhkan.

Kita pasti pernah mengetahui, bahwa terdapat keterangan yg umum-nya juga kita pahami, sebagai  Hadits bahwa *Wanitah adalah Tiang Negara*. Hal ini harus dipahami bahwa sesungguhnya, *Negara* akan *Makmur* apabila sumber Keuangan dan pendapatan dikelola dan di di-stribusikan secara baik dan benar, layaknya seperti seorang Wanita/ *Perempuan Bangsawan* saat mengelola dan mendistribusikan seluruh sumber pendapatan yg diperoleh oleh-Nya, pada pokok perkara yg melegitimasi eksistensi Nasab (bc. family Eksistensi sebagai sebuah Negara kecil ) dalam Tapak Peradaban yg dipandang sangat dinamis, namun perempuan yg *paripurna* selau menghadapi dengan *Budaya Humanis dan Religius*. Uang bagi Perempuan adalah *untaian Masa depan*, demi tegak-nya harapan *ANAK NEGERI*, dalam bayang-bayang Pemiskinan Universal oleh *Sang Naga Merah* Pemburu Kaum Komunal.

( Saudara KU, Nestapa Ibu Pertiwi hanya kita yg merasakan. Politik Perempuan dapat dipahami bahwa lebih baik, kehilangan Harga diri, *daripada* membiarkan Pemiskinan dan penindasan terhadap anak yg terlahir dari rahim *IBU PERTIWI* Indonesia Raya ter-cinta. Oleh. Habib IDRUS AL-HAMID. Si Hitam Manis Pelipur Lara. Papua/02/07/2018 )....👏🏽👏🏽👏🏽🇮🇩🇮🇩🇮🇩🇮🇩

" MUNGKINKAH INI POLITIK DOMINO JEBAKAN BATMAN, ALA RATNA SARUMPET "

Dr. HABIB IDRUS AL-HAMID. M. Si Rektor IAIN FATTAHUL MULUK PAPUA _____________________ Saudara-saudara KU. Terkadang kita harus berhen...